Tanpa didukung kebijakan transportasi yang tegas, Simpang Susun Semanggi tidak akan signifikan kurangi kemacetan.

JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meyakini, dengan adanya fly over Simpang Susun Semanggi bakal mengurai kemacetan di Ibu kota. Tak tanggung-tanggung, kemacetan yang terurai bisa mencapai 30 persen.

"Itu pasti kan sudah tahu. Yang jelas Simpang Susun Semanggi bisa meminimalisir kemacetan," ujar Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faizal, di Jakarta, Minggu (16/7).

Meski demikian, pengoperasian Simpang Susun Semanggi ini masih menunggu Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPU-Pera). Pihaknyamengakui telah melakukan uji pembebanan di atas Simpang Susun Semanggi itu.

Uji pembebanan ini dilakukan dengan pembebanan statik dan pembebanan dinamik. Pembebanan statik itu dilintasi dengan 16 truk bermuatan masing-masing 30 ton secara bersamaan. Sedangkan pembebanan dinamik ditambah dengan beban truk tersebut yang mengangkut beban total 46 ton secara dinamik.

"Kedua uji coba itu kan diukur bagaimana tingkat keamanannya. Kemarin kan tidak terjadi apa-apa dengan uji coba tersebut. Hasilnya tidak terjadi apa-apa. Makanya nanti kita lihat saja hasil SLF dari Kementerian KemenPU-Pera. Kami berharap hasilnya bagus," katanya.

Pengerjaan pembangunan Simpang Susun Semanggi dilakukan PT Wijaya Karya Tbk. Dana yang dianggarkan untuk pembangunan proyek direncanakan mencapai 360 miliar rupaih. Dana tersebut berasal dari nilai kompensasi pengembang PT Mitra Panca Persada, anak perusahaan asal Jepang, Mori Building Company.

Simpang Susun Semanggi ini terdiri dari dua ruas. Satu ruas diperuntukkan bagi kendaraan dari arah Cawang menuju ke Bundaran Hotel Indonesia, dan satu ruas lainnya untuk kendaraan dari arah Slipi menuju Blok M.

"Konstruksi ini menggunakan teknologi sekadar menggunakan 333 segmental box girder yang telah dicetak (precast)," ucapnya.

Kurangi Kemacetan

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah mengatakan, secara hitung-hitungan di atas kertas, Simpang Susun Semanggi ini bisa mengurai kemacetan hingga 20-30 persen. Namun, hal ini tidak akan efektif jika ke depannya tidak ada pembatasan kendaraan pribadi.

"Kemacetan bisa terurai sekitar 30 persen. Ini sebentar lagi selesai. Informasi dari Bina Marga, SLF itu keluar sekitar tanggal 22 Juli ini. Sebenarnya kan, peningkatan ruas jalan dengan pembatasan kendaraan bermotor itu harus betul-betul matching untuk mengurai kemacetan," katanya.

Dia mengaku akan memperluas kebijakan pelarangan kendaraan roda dua. Sedangkan untuk kendaraan roda empat, akan diberlakukan dengan kebijakan jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP). Menurutnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan lelang ERP tahap kedua.

"Kalau kita mau keras ya batasi kendaraan. Karena mau hebatnya seperti apa juga, mau buat fly over, jalan layang, bahkan mau terbang juga, tetap macet kalau tidak ada pembatasan kendaraan pribadi.," ungkapnya.

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR, Endra S. Atmadjaya menyatakan, uji coba statis dan dinamis terhadap Simpang Susun Semanggi menuai hasil baik. Hasil SLF, katanya, akan keluar dari Kementeria PUPR dalam waktu dekat ini.

"Hasilnya bagus kok. Kami sedang melakukan rapat pleno dalam Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ). Mungkin perlu 10 hari lagi (SLF) nya akan diterbitkan," katanya. pin/P-5

Baca Juga: