YOGYAKARTA - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut Yogyakarta sebagai 'kawah candradimuka', tempat penyemaian kepribadian subjek berkualitas yang menginspirasi ke-Indonesiaan. Ini adalah hal pokok dalam rekonstruksi peradaban bangsa yang musti dimulai dari rekonstruksi keberadaban diri dan setiap etnis.

Hal ini diungkapkan Sri Sultan melalui video daring sebagai pembuka kegiatan Pagelaran Etnis Nusantara 'Terima Kasih Jogja' di Tebing Breksi pada Senin (31/5) sore.

Sri Sultan pun mengandaikan Yogyakarta sebagai 'Rumah Besar', tempat berhuni berbagai etnis Nusantara. Maka, di antara anggota keluarganya harus memiliki sikap mutual-understanding, mutual-trust, mutual-respect, sekaligus tempat berbagi yang harus dijaga bersama.

"Keluarga menjadi tempat belajar tata-krama dan sopan-santun. Dalam keluarga mentalitas seseorang dibentuk, prinsip dan nilai-nilai kehidupan ditanamkan. Keluarga menjadi tempat belajar 'berpolitik', di mana dihadirkan suasana saling menghargai dan mendengarkan, belajar berdiskusi dan berbeda pendapat secara sehat," papar Sri Sultan.

Ditambahkan Sri Sultan, keluarga juga menjadi tempat orang belajar dan mengalami cinta, perhatian, toleransi, dan kesediaan untuk berbagi sebagai pembaharu peradaban. Keberadaban seseorang diwarnai keberadaban keluarga. Dan, keberadaban publik adalah kompleksitas keberadaban keluarga yang tumbuh dari Rumah Besarnya.

"Kini saatnya kita menyumbangkan peran setiap etnis sebagai anggota keluarga di Rumah Besar itu dengan membentuk keberadaban bagi keluarga etnis masing-masing. Jika 'Rumah Besar' kita goyah, jangan harap tumbuh generasi baru dengan keberadaban lebih baik," ungkap Sri Sultan.

'Terima Kasih Jogja' adalah acara yang diselenggarakan oleh Aliansi Mahasiswa Nusantara merupakan kumpulan/wadah para mahasiswa dari luar Jawa yang berada di DIY, di antaranya dari Papua, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, NTB, NTT dan Bali.

Baca Juga: