Taipan Srettha Thavisin akhirnya terpilih menjadi PM Thailand yang baru setelah dalam pemilihan di parlemen ia berhasil melampaui minimal 374 suara yang dibutuhkan untuk mendapatkan mayoritas.

BANGKOK - Parlemen Thailand pada Selasa (22/8) menyetujui taipan Srettha Thavisin sebagai perdana menteri baru. Terpilihnya Srettha pun mengakhiri tiga bulan kebuntuan politik di Thailand yang terjadi sejak pemilihan umum pada pertengahan Mei lalu.

Srettha dengan mudah mendapatkan mayoritas di dua majelis parlemen untuk disetujui sebagai perdana menteri ke-30 Thailand, meskipun partai pengusungnya, Pheu Thai, berada di urutan kedua dalam pemilu lalu.

Srettha berhasil melampaui minimal 374 suara yang dibutuhkan untuk mendapatkan mayoritas anggota parlemen terpilih di majelis rendah dan senator yang ditunjuk oleh junta yang berkuasa sebelumnya, menurut penghitungan suara yang disiarkan langsung olehParliament TV.

"Saya akan berupaya sekuat tenaga dan bekerja tak kenal lelah bagi meningkatkan kualitas hidup rakyat Thailand," ucap Srettha kepada wartawan di markas Partai Pheu Thai di Bangkok.

Koalisi Pheu Thai yang terdiri dari belasan partai menguasai 314 dari 500 kursi majelis rendah. Namun hal ini menimbulkan kontroversi karena koalisi ini menyambut bergabungnya mantan musuh ke dalam kemitraan tersebut, termasuk partai-partai pro-militer yang dibentuk oleh petinggi militer yang melakukan kudeta yang menggulingkan perdana menteri terakhir Pheu Thai.

Pheu Thai turun tangan untuk membentuk pemerintahan setelah Partai Move Forward (MFP) yang reformis yang memenangkan kursi terbanyak pada pemilu Mei lalu, pemimpinnya dijegal untuk menjabat sebagai perdana menteri oleh kubu konservatif dan pro-militer.

Srettha, mantan kepala perusahaan properti raksasa Thailand Sansiri, pada Jumat (18/8) lalu berjanji untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan dan ia menolak tuduhan korupsi yang dibuat oleh pelapor anti-korupsi.

Sementara itu gelombang ketidakpuasan warga urban dan generasi muda terhadap pemerintahan yang didukung militer selama hampir satu dekade membawa MFP secara mengejutkan meraih posisi pertama dalam pemilu Mei lalu.

Namun janji partai tersebut untuk mereformasi undang-undang penghinaan kerajaan (lese majeste) dan memberantas monopoli bisnis yang kuat, membuat partai tersebut mendapat tentangan sengit dari para elit kerajaan yang berkuasa.

Pemimpin MFP, Pita Limjaroenrat, gagal mendapatkan dukungan yang cukup dari senator pro-militer dan royalis dalam pemilihan perdana menteri bulan lalu dan ia kemudian diskors dari parlemen oleh Mahkamah Konstitusi.

Kepulangan Thaksin

Sementara itu pemungutan suara di parlemen dilaporkan dilakukan beberapa jam setelah pendiri dan tokoh Pheu Thai, Thaksin Shinawatra, 74 tahun, kembali ke Thailand untuk pertama kalinya sejak 2008 dan mantan PM itu pun langsung dipenjara.

Thaksin mendarat dengan jet pribadi di Bandara Don Mueang, Bangkok, pada pukul 9 pagi dan ia disambut oleh ratusan pendukung "Kaos Merah" yang riuh melambai-lambaikan spanduk dan menyanyikan lagu.

Thaksin muncul sebentar dari gedung terminal untuk membungkuk dan mempersembahkan karangan bunga pada potret Raja Maha Vajiralongkorn sebagai tanda hormat sebelum melambaikan tangan kepada para pendukung.

Thaksin lalu diantar oleh kepolisian menuju Mahkamah Agung. Menurut keterangan polisi, pengadilan akan mendengarkan hukuman yang dijatuhkan terhadapnya.

Sebelumnya Thaksin menyatakan bahwa bersedia diadili untuk kembali ke rumah dan melihat cucu-cucunya, meskipun dia telah lama menyatakan bahwa tuduhan pidana terhadapnya bermotif politik.AFP/I-1

Baca Juga: