BRUSSELS - Ada tiga bintang Olimpiade Paris: Julien Alfred, ratu lari jarak pendek (sprinter) Saint Lucia. Kemudian, rivalnya dari Amerika Serikat, Sha'Carri Richardson, dan juara Olimpiade lari 200 m putra, Letsile Tebogo. Para sprinter bintang Olimpiade Paris itu akan tampil di final Diamond League di Brussels, Jumat (13/9) - Sabtu (14/9).
Perlombaan ini merupakan ajang ke-14 dan terakhir dari sirkuit elite atletik dunia. Ini berlangsung hanya sebulan setelah Olimpiade berakhir. Ada empat perlombaan yang yang paling menonjol dari deretan jadwal padat. Lomba menampilkan tidak kurang dari 82 peraih medali dari Olimpiade Paris.
Sorotan pertama tertuju kepada nomor lari 100 m putri. Sha'Carri Richardson berhasil mengungguli Julien Alfred di Zurich. Dia membalikkan hasil final Olimpiade. Di Paris, pelari AS itu memenangkan medali perak di belakang Alfred dengan selisih lima per seratus detik.
Richardson, yang juga bagian dari tim estafet 4x100m Amerika Serikat yang meraih emas di Paris, tampil bagus di Zurich, menyalip Alfred di garis finis.
"Saya tidak ingin menggunakan kata balas dendam. Saya tidak pernah berlari melawan orang lain," ajar Alfred.
Dia melakukannya untuk diri sendiri dan hanya ingin menyelesaikan musim ini dengan mengesankan. Untuk alasan sama, Alfred juga tidak fokus ke catatan waktu. Dia menantikan untuk kembali ke Saint Lucia, untuk merayakan bersama negaranya. Begitulah Alfred menceritakan mengenai persaingan dengan pelari AS itu.
Sorotan kedua tertuju ke nomor lompat galah putra. Kondisi cuaca tidak mendukung Armand Duplantis di Stadion Letzigrund. Stadion basah dan dingin di Zurich. Tambah lagi dia merasa keletihan setelah mengalahkan juara dunia lari gawang 400m, Karsten Warholm, dalam balapan eksibisi lari 100 m.
Setelah memperbaiki rekor dunianya menjadi 6,26 m di Silesia bulan lalu, pertanyaan yang muncul apakah bintang kelahiran AS ini akan bisa mencoba untuk memecahkan rekornya yang ke-11 kali musim ini.
"Saya selalu mengatakan, sebagai pelompat galah, harus menghargainya. Dia mendorong seluruh olahraga ini dan mendapat banyak perhatian," ujar Sam Hendricks, pelompat galah AS yang sering menempati posisi kedua, tentang Duplantis.
Sorotan ketiga adalah lari 200 m putra. Letsile Tebogo dari Botswana berhasil tampil mengesankan di kondisi basah di Swiss. Dia mencatatkan waktu luar biasa 19,55 detik untuk meraih kemenangan. Dia mengalahkan tiga pelari AS, Kenny Bednarek, Erriyon Knighton, dan Fred Kerley.
Tebogo, yang baru berusia 21 tahun, menjalani musim yang luar biasa. Diabangkit dari kesedihan karena kematian ibunya pada Mei lalu untuk mendominasi nomor 200 m. Dia meraih emas Olimpiade pertama untuk Botswana di cabang ini. Dia memenangkan perak di belakang Noah Lyles yang absen di nomor lari 100 m.
Meskipun kurang puas dengan performanya di Zurich, Tebogo mengatakan akan memiliki pendekatan berbeda di Brussels. "Berlari dengan sempurna, seperti di Olimpiade, adalah sesuatu yang akan saya lakukan di final Diamond League," ujarnya.
Sorotan keempat lari 1500m putri. Faith Kipyegon mencatat sejarah Olimpiade Paris ketika menjadi wanita pertama yang memenangkan tiga medali emas berturut-turut di nomor 1.500 m. Catatan waktunya baru di Olimpiade, 3 menit 51,29 detik.
Atlet berusia 30 tahun ini, yang juga juara dunia tiga kali dan pemegang rekor dunia, juga meraih perak di nomor 5.000 m. Penampilan terakhirnya setelah Olimpiade adalah kemenangan di Roma. Akan sulit bagi siapa pun untuk bersaing melawan atlet Kenya ini menempati podium tertinggi di Brussels. ben/AFP/G-1