Raksasa streaming musik asal Swedia, Spotify sedang memasuki tahap pertumbuhan baru yang berfokus pada konten non-musik dan keragaman artis.

Pada tahun 2023, Spotify mencapai rekornya dalam kenaikan angka pelanggan. Namun, mengingat pertumbuhan ekonomi yang lambat serta krisis biaya dari perusahaan, jalur pertumbuhan bagi perusahaan penyedia konten musik ini patut dipertanyakan.

Melansir dari Euronews, Selasa (18/6), Wakil Presiden Pemasaran dan Langganan Spotify, Gustav Gyllenhammar menjelaskan bahwa saat ini Spotify tengah menghubungkan audiens global baru, yaitu sisi artis dan penikmat, sambil mencari cara untuk menciptakan nilai tambah melalui konten dan personalisasi yang lebih segar.

Meskipun Spotify merupakan salah satu perusahaan yang berkembang pesat karena arus globalisasi, Spotify tidak luput dari dampak penurunan ekonomi sejak era pandemi Covid-19.

Pada bulan Desember tahun 2023, Daniel Ek, selaku CEO melakukan pemangkasan tenaga kerja grup sebesar 17% karena arus ekonomi yang tidak menguntungkan.

Namun dalam menanggapi badai ekonomi tersebut, Spotify memilih untuk terus maju dengan platform, kemitraan, dan inovasi baru.

Gyllenhammar menjelaskan bagaimana ekspansi internasional dan musik dunia akan membantu Spotify memasuki tahap pertumbuhan global yang baru.

Melihat dunia menjadi lebih beragam dan saling terhubung, Spotify melihat kesempatan besar di pertumbuhan rekor dalam popularitas artis dari Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika.

Investor kuartal Spotify melaporkan pada 2024 bahwa separuh dari 66.000 artis yang menghasilkan 10.000 dolar di platform Spotify berasal dari negara-negara yang bahasa utamanya bukan bahasa inggris.

Pada sisi lain, Spotify menyoroti peluang pertumbuhan artis internasional dapat menarik kelompok pendengar yang lebih beragam. Hal tersebut merupakan langkah pertama untuk memulai dalam meningkatkan kesadaran dan hubungan antara artis dengan komunitas lokal.

Gyllenhammar juga memberikan pernyataan bahwa Spotify ingin mendukung karier pada artis muda dengan mengembangkan musik mereka.

"Strategi Spotify adalah melibatkan konektivitas dengan komunitas lokal melalui tim yang berada di seluruh dunia yang benar-benar bekerja erat dengan semua pemain dalam industri musik," tambahnya dalam wawancara dengan Euronews.

Spotify juga menerapkan strategi pertumbuhan yang didasarkan atas transisi pasar berbahasa inggris ke wilayah baru dengan fokus pertama pada model freemium.

Freemium dalam Spotify memungkinkan pengguna untuk mengakses layanan streaming musik secara gratis dengan iklan, sementara itu, pengguna diharuskan membayar langganan bulanan untuk mengakses fitur-fitur premium seperti mendengarkan tanpa iklan, mengunduh musik, dan mendengarkan audio dengan kualitas yang lebih tinggi.

Selain mencapai pasar baru, Spotify juga menambahkan lebih banyak konten ke dalam langganan yang akan membantu perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian ekonominya.

Gyllenhammar menyatakan bahwa saat ini Spotify sedang berupaya dalam menambahkan konten baru ke dalam layanan premiumnya di pasar Inggris dan Irlandia, yaitu konten audiobuku.

"Kami (Spotify) sedang menambahkan audiobuku ke dalam layanan premium kami di beberapa pasar di seluruh dunia seperti di Inggris dan Irlandia, yang sangat resonan dengan konsumen. Ini merupakan bagian dari memberikan rasio nilai terbaik untuk konsumen," jelasnya.

Demi masa depan industri streaming musik dan audio yang cerah, Gyllenhammar mengatakan bahwa masih banyak jalan yang harus Spotify tempuh untuk mencapai kesuksesannya, meskipun jumlah langganannya sudah mencapai lebih dari 600 juta secara global.

Baca Juga: