Spektrometer inframerah adalah instrumen mahal dan kuat yang digunakan para ilmuwan untuk menganalisis susunan kimiawi sampel, dan sebuah proyek penelitian baru telah menunjukkan seperti apa teknologi ini jika dikemas ke dalam smartphone.

Studi ini dilakukan oleh para ilmuwan di AS dan Australia, yang mulai mengembangkan bentuk yang lebih mobile dari spektrometer inframerah yang biasanya besar yang digunakan di laboratorium penelitian.

Mengutip laman Newatlas, terobosan ini bergantung pada LED yang baru dikembangkan yang dapat disetel untuk mendeteksi gas yang berbeda, dan berpotensi bekerja menjadi perangkat yang ringkas untuk mendeteksi segala sesuatu mulai dari makanan busuk hingga kulit imitasi.

Terobosan ini dapat menandai kemajuan yang signifikan untuk jenis instrumen ini, yang mengandalkan konstruksi hati-hati dari beberapa lapisan kristal yang tersusun sempurna untuk menyaring cahaya inframerah dengan cara yang diinginkan.

Sebaliknya, desain baru tim relatif sederhana, hanya menggunakan satu lapisan fosfor hitam untuk mempertahankan fleksibilitas, yang memungkinkan sifat-sifatnya diubah dan untuk menghasilkan panjang gelombang berbeda yang dapat diterapkan pada materi pelajaran yang berbeda.

"Pergeseran panjang gelombang emisi fosfor hitam dengan pembengkokan benar-benar cukup dramatis, memungkinkan LED disetel melintasi inframerah-tengah," kata Profesor Ali Javey, dari University of California di Berkeley, yang kelompoknya memimpin penelitian tersebut.

Para ilmuwan membayangkan perangkat yang dapat disetel ditempatkan di dalam lemari es dan mengirimkan pemberitahuan kepada pemiliknya ketika makanan rusak, atau dapat digunakan ke dalam smartphone untuk membantu pembeli membedakan kulit palsu dari yang asli.

Itu juga dapat diintegrasikan ke dalam drone yang digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan penambang untuk mendeteksi gas berbahaya dari jarak yang aman.

"Detektor foto IR kami dapat diintegrasikan ke dalam kamera sehingga kami dapat melihat layar ponsel kami dan 'melihat' kebocoran atau emisi gas dan dapat menentukan jenis gas itu," kata Profesor Universitas Melbourne Kenneth Crozier.

Baca Juga: