JAKARTA - SpaceX telah menandatangani kontrak pertamanya dengan Pentagon untuk menyediakan layanan satelit sebagai bagian dari program 'Starshield' barunya.

Dikutip dari RT, CEO Elon Musk menggambarkan upaya tersebut sebagai alternatif militer atas sistem Starlink"sipil", meskipun tampaknya akan bergantung pada konstelasi satelit yang ada.

Dalam sebuah posting di X (Twitter) pada Rabu (27/9), Musk mempertimbangkan laporan bahwa SpaceX telah mencapai kesepakatan dengan Angkatan Luar Angkasa AS. Ia membenarkan bahwa proyek Starshield akan dimiliki oleh pemerintah AS dan dikendalikan oleh [Departemen Pertahanan].

"Starlink harus menjadi jaringan sipil, bukan partisipan dalam pertempuran,"katanya, mengacu pada penggunaan satelit di Ukraina selama konflik dengan Rusia. Ia menambahkan,"Ini adalah hal yang benar."

Namun, meskipun Musk menyatakan keengganannya terlibat dalam pertempuran tersebut, kontrak Angkatan Luar Angkasa yang baru akan membuat SpaceX secara efektif menyewakan sebagian jaringan Starlink-nya ke Pentagon, menyediakan layanan melalui satelit yang sama, menurutBloomberg

Dengan batas harga 70 juta dolar AS, kesepakatan itu"menyediakan layanan menyeluruh Starshield melalui konstelasi Starlink, terminal pengguna, peralatan tambahan, manajemen jaringan, dan layanan terkait lainnya,"kata juru bicara Angkatan Udara Ann Stefanek kepada Bloomberg News.

Bloomberg mencatat, perusahaan kedirgantaraan Musk sekarang bersaing untuk mendapatkan hampir 1 miliar dolar kontrak Pentagon yang diperpanjang hingga 2028, karena Angkatan Luar Angkasa berupaya menggunakan kembali satelit komunikasi yang ada untuk penggunaan militer sebagai bagian dari program "Proliferated Low Earth Orbit".

Musk mendapat kecaman dari para pejabat AS atas keputusan SpaceX di Ukraina, setelah menolak tuntutan Kiev untuk menggunakan jaringan Starlink untuk membantu serangan ke armada Laut Hitam Rusia tahun lalu.

Walter Isaacson, penulis biografi Musk mengungkapkan bahwa Musk telah mengembangkan"Starlink versi militer"sebagai cara untuk lepas tangan dari proyek tersebut.

"Saya telah berbicara dengannya selama kejadian ini, dan pada suatu malam, dia berkata, 'Mengapa saya ikut perang ini?'Dia berkata, 'Saya, Anda tahu, membuat Starlink agar orang dapat bersantai dan menonton film Netflix serta bermain video game.Saya tidak bermaksud menciptakan sesuatu yang dapat menyebabkan perang nuklir,'"kata penulis dalam komentarnya kepada Washington Post.

Isaacson melanjutkan dengan mengatakan bahwa Musk"memutuskan untuk menjual dan memberikan kendali penuh atas sejumlah peralatan Starlink… kepada militer AS sehingga dia tidak lagi mengontrol pembatasan wilayah,"mengacu pada batasan geografis yang dapat dikenakan pada jaringan satelit.

Musk sebelumnya mengklaim bahwa sanksi Amerika terhadap Rusia telah mencegah SpaceX memperluas cakupan Starlink ke Krimea. Ia menegaskan perusahaannya "sebenarnya tidak diizinkan mengaktifkan konektivitas ke… negara tersebut tanpa persetujuan eksplisit dari pemerintah [AS]."

Namun, ia juga mengatakan tidak ingin"terlibat dalam tindakan perang dan eskalasi konflik,"yang menunjukkan bahwa keputusan tersebut bukan semata-mata karena pembatasan yang dilakukan AS.

Baca Juga: