LONDON - Pelatih Timnas Inggris, Gareth Southgate, mendesak tim asuhannya untuk menggunakan rasa sakit dan kecewa setelah kalah dari Italia pada final Piala Eropa 2020 untuk memicu kesuksesan di masa depan, terutama Piala Dunia Qatar 2022.

Inggris gagal memenangkan gelar besar pertama mereka sejak Piala Dunia 1966 ketika Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka gagal mengeksekusi penalti pada drama adu penalty di Wembley, Senin (12/7) dini hari WIB.

Tim asuhan Southgate sebenarnya mengawali laga dengan bagus, mencetak gol cepat melalui Luke Shaw di menit kedua. Namun, Italia menunjukkan kelas mereka untuk membalas melalui gol penyama pada babak kedua lewat sontekan Leonardo Bonucci.

Dalam hal adu penalti, Southgate bertaruh dengan menunjuk pemain pengganti Rashford dan Sancho. Langkah itu menjadi bumerang karena Inggris mengalami kekalahan.

"Itu adalah tanggung jawab saya. Saya memilih orang-orang untuk mengambil tendangan. Saya mengatakan kepada para pemain bahwa tidak ada yang sendirian dalam situasi itu," ujar Southgate.

"Ini adalah keputusan saya untuk memberi Saka penalti. Itu sepenuhnya tanggung jawab saya. Bukan dia, Marcus atau Jadon," sambungnya.

Inggris sebenarnya telah memenangkan dua adu penalti terakhir melawan Kolombia di Piala Dunia 2018 dan melawan Swiss di UEFA Nations League 2019. Namun, keberhasilan itu tidak cukup untuk menjaga para pemain Three Lions kehilangan keberanian ketika menghadapi tekanan paling tinggi.

Dengan lebih dari 60.000 suporter mendukung mereka dan jutaan lainnya menonton di rumah, para pemain Inggris harus menerima kenyataan pahit gagal memenangkan adu penalti.

Mereka memiliki Piala Dunia 2022 di Qatar sebagai tujuan berikutnya. Southgate yakin mereka akan lebih baik. ben/AFP/S-2

Baca Juga: