BANJARMASIN - Kepala Sekolah SMPN 1 Banjarmasin, Gusti Khairur Rahman mengungkapkan, tidak mudah bagi sekolah yang dia pimpin mendapat status sebagai Sekolah Penggerak. Meski begitu, keterbatasan terutama terkait informasi program tidak memadamkan semangat perubahan pihak sekolah khususnya para guru.

"SP ini tantangan. Program baru bagi kami, format seperti ini kita harus belajar dari mana?" ujarnya, dalam acara Press Tour Praktik Baik Program Sekolah dan Guru Penggerak, di Banjarmasin, Rabu (20/7).

Gusti mengakui, awalnya tidak banyak mengetahui soal Sekolah Penggerak. Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin juga terus mendorong dan memberi informasi terkait pelaksanaan program.

Dia menuturkan, pihaknya senantiasa mengikuti tiap tahapan Sekolah Penggerak, bahkan untuk sesi lokakarya. Para guru termotivasi untuk meningkatkan inovasi pembelajaran agar peserta didik mampu menjadi pibadi pancasilais yang sesuai dengan kebutuhan global. "Saat itu, saya optimis program ini bisa jalan. Kita juga SDM cukup memadai untuk bersaing," terangnya.

Lebih lanjut, Gusti mengisahkan, usai terpilih menjadi Sekolah Penggerak, pihaknya menyusun buku laporan yang juga dapat menjadi modul. Buku tersebut merangkum awal proses keikutsertaan program Sekolah Penggerak ampai kegiatan pembelajaram berbasia proyek.

Dia menyebut, sampai saat ini, Sekolah Penggerak tidak memiliki pedoman pasti terkait proses dan tahapannya. Harapannya modul dapat membantu sekolah-sekolah lain agar bisa menjadi Sekolah Penggerak.

"Dengan disusun ini, kami berharap ini menjadi sumbangan atau praktik baik kami dalam melaksanakan Sekolah Penggerak, untuk teman-teman agar bisa menjadi Sekolah Penggerak lainnya," ucapnya.

Dia mencontohkan, salah satu tanpa panduan, pihaknya kesulitan saat harus menerapkan pembelajaran berbasis proyek. Meski begitu, dengan adanya adahan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), pihaknya mampu menyusun modul sebagai panduan pembelajaran berbasis proyek.

"Sekolah Penggerak memberi semangat dan motivasi untuk inovasi pembelajaran. Tidak hanya di dalam kelas, tapi siswa diajak ke luar kelas dan juga siswa diajak berpikir kritis. Guru mendapat tantangan sebab ini merupakan semacam atau model baru," jelasnya.

Disambut Antusias
Gusti memastikan, Sekolah Penggerak disambut antusiasme peserta didik. Saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) siswa bersemangat mengikuti pembelajaran. Selain itu, kata dia, orang tua juga mendukung program Sekolah Penggerak. Mereka sampai rela menyumbangkan uang hampir 300 juta rupiah untuk membangun Ekskul Center bagi 18 kegiatan ekstrakulikuler siswa.

"Jadi Insha Allah ekskul akan terpusat dan tidak menggunakan kelas-kelas. Kalau memggunakan kelas, setiap tahunnya lebih dari 100 meja kursi rusak," katanya.

Dia mengatakan, saat ini baru ada tiga Sekolah Penggerak di Banjarmasin yaitu SMPN 1 dan 16 Banjarmasin serta SMA Swasta Santa Maria. Dia berharap program dapat terus berjalan. "Diharapkan tahun-tahun berikutnya tetap bertahan karena ini mendapat dukungan dari orang tua siswa dan masyarakat," tandasnya.

Baca Juga: