Skema Energy Transition Mechanism (ETM) menjadi salah satu strategi pembiayaan untuk memensiunkan dini PLTU.

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui PT PLN (Persero) terus mendorong transisi energi guna mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Komitmen tersebut diperkuat dengan dukungan dari Asia Development Bank (ADB) melalui skema Energy Transition Mechanism (ETM).

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menilai prinsip Indonesia dalam transisi energi tetap mengedepankan keterjangkauan dan keberlanjutan (sustainability) bagi masyarakat. "Tentu saja, ketika kita bicara energi bersih kita tidak bisa meninggalkan masyarakat. Untuk itu, kolaborasi dari sisi investasi, teknologi maupun kerja sama studi perlu terus dilakukan untuk mempercepat tercapainya target dekarbonisasi," ujar Pahala dikutip dari keterangan resmi PLN, Selasa (18/10).

Salah satu proyek transisi energi yang digarap pemerintah melalui skema ETM ini adalah early retirement Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Untuk bisa memensiunkan PLTU, PLN tentu membutuhkan dana tak sedikit. Karena itu, ETM hadir sebagai salah satu strategi pembiayaan untuk memensiunkan dini PLTU.

Di sisi lain, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan PLN sudah menyiapkan peta memensiunkan PLTU untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Mekanisme pensiun dini pada PLTU batu bara akan dilaksanakan secara bertahap baik berupa secara natural maupun pemensiunan lebih cepat (early retirement) dan menggantinya dengan energi baru dan terbarukan (EBT).

Sementara itu, Director Energy Division Southeast Asia Departement ADB, Toru Kubo, menjelaskan melalui mekanisme pembiayaan ETM ini, Indonesia bisa mendapatkan tambahan dana untuk bisa mengakselerasi proyek dekarbonisasi. "Kami sudah berbicara dengan pemerintah tentang ETM ini sejak Februari tahun lalu di mana ini bisa menjadi kunci percepatan proyek transisi energi di Indonesia," ujar Toru.

Keterlibatan Masyarakat

Menurut Toru, melalui gerak aktif ADB dan pemerintah Indonesia, isu soal transisi energi bisa menjamur di masyarakat. Dia sepakat dalam menuju lingkungan dan iklim yang lebih baik membutuhkan keterlibatan masyarakat.

Di sisi lain, perusahaan data dan web services terbesar di dunia asal Amerika, Amazon Web Services Inc menilai iklim investasi khususnya di sektor energi terbarukan Indonesia makin menarik. Hal ini sejalan dengan rencana perusahaan untuk bisa menjadi industri yang berbasis energi bersih.

APAC Head of Energy & Environment Policy Amazon Web Services Ken Haig juga menjelaskan, saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi pengembangan EBT yang besar. Apalagi, menurut Ken Haig, Indonesia saat ini memiliki instrumen investasi yang memungkinkan keterlibatan sektor swasta ikut berinvestasi guna mempercepat terwujudnya energi bersih.

"Ini adalah kesempatan yang luar biasa, meski memang ada beberapa kebijakan dan regulasi yang perlu dikembangkan sehingga memudahkan investasi masuk," ujar Ken Haig.

Baca Juga: