Puing-puing purbakala di Gunung Padang, sebuah kawasan luas di Cianjur, Jawa Barat, masih menjadi misteri hingga saat ini. Tidak ada yang tahu kapan dan siapa yang membuat situs tersebut. Tetapi jelas bahwa situs ini adalah sebuah batu yang tersebar di puncak gunung, dan itu adalah sebuah mahakarya kuno yang hebat.

Dinamakan Gunung Padang yang artinya Gunung Terang di kalangan masyarakat setempat karena di tempat ini sering terdengar musik dan terang pada malam-malam tertentu. Gunung Padang sendiri bukanlah gunung berapi aktif, melainkan lebih tepatnya bukit dengan ketinggian 885 meter.

Situs megalitik aneh ini terletak di Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, 1,5 jam atau 45 kilometer dari Kota Cianjur. Dari Jakarta bisa mencapai 165 kilometer, dan dari Bandung bisa mencapai 110 kilometer. Proses untuk mencapai Gunung Padang melalui jalur naik turun, terkadang aspal mulus, terkadang jalan berlubang dan berbatu.

Situs Gunung Padang dikatakan sebagai situs megalitik terbesar di Asia Tenggara dan situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara. Bentuk bangunan punden berundaknya mencerminkan tradisi megalitik (mega berarti besar dan lithos artinya batu), dan warnanya didominasi oleh warna bebatuan yang sebagian besar berwarna abu-abu tua dan jenis andesit basaltis.

Mengunjungi situs megalitik Gunung Padang seakan membawa kita kembali ke masa lalu, mengenang kembali kisah-kisah zaman prasejarah, dan secara tidak langsung membuat kita semakin bersyukur akan sejarah bangsa Indonesia.

Laporan pertama tentang keberadaan situs tersebut diterbitkan di Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") pada tahun 1914.

Sejarawan Belanda N. J. Krom juga menyebutkan hal ini pada tahun 1949. Setelah "dilupakan", pada 1979, tiga warga sekitar Endi, Soma dan Abidin melaporkan keberadaan ganja dalam jumlah besar kepada pengawas budaya Edi dari kabupaten Campaka. Ashlar besar berbagai ukuran tersusun di teras-teras menuju Gunung Gede.

Selain itu, ia melakukan sidak dengan R. Adang Suwanda, Direktur Bidang Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur. Pekerjaan selanjutnya adalah penelitian arkeologi, sejarah dan geologi yang dilakukan di situs oleh Pusat Penelitian Arkenas pada tahun 1979.

Lokasi situsnya terjal dan sulit dijangkau. Bangunan kompleks menutupi permukaan perbukitan, yang dilapisi dengan batu andesit persegi besar.

Situs tersebut dikelilingi oleh lembah yang sangat dalam. Tempat ini dulunya merupakan tempat suci bagi warga sekitar. Warga percaya di sinilah Raja Sunda Prabu Siliwangi mencoba membangun istana dalam semalam.

Situs Gunung Padang diyakini berfungsi sebagai tempat peribadatan bagi masyarakat yang tinggal di sana sekitar tahun 2000 sebelum masehi.

Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan bahwa mungkin melibatkan musik dari beberapa bongkahan batu yang ada. Selain Gunung Padang (Gunung Padang), Cianjur memiliki beberapa situs lain yang kesemuanya merupakan peninggalan zaman Megalitik / Batu. arn

Baca Juga: