JAKARTA - Raksasa telekomunikasi Tiongkok, Huawei Technologies, mengatakan akan meluncurkan sistem operasi telepon seluler (ponsel) baru, Harmony, pada 2 Juni. Pengumumuan itu menjadi langkah terbesar perusahaan untuk memulihkan kerusakan yang diakibatkan oleh sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap bisnis.

Dengan penggunaan sistem operasi buatan sendiri, maka Huawei tidak akan lagi bergantung pada sistem operasi Android. Sanksi AS melarang Google, perusahaan pemilik Android untuk memberikan dukungan teknis pada model ponsel Huawei baru, dan akses ke Layanan Seluler Google, paket layanan pengembang yang menjadi dasar sebagian besar aplikasi Android.

Namun belum jelas, apakah Huawei akan meluncurkan ponsel baru pada saat yang sama, atau apakah akan ada pembaruan untuk ponsel yang ada atau seberapa cepat peluncuran dapat terjadi.

Sistem Harmony OS baru hanya akan mengurangi dampak sanksi 2019 yang juga melarang Huawei mengakses teknologi penting asal AS, menghalangi kemampuannya untuk merancang chip-nya sendiri, dan komponen sumber dari vendor luar.

Setelah menjadi pembuat ponsel terbesar di dunia, Huawei kini menempati peringkat ke-6 secara global dengan pangsa pasar 4 persen pada kuartal pertama. Sebelumnya, pemerintahan mantan Presiden Donald Trump berpendapat bahwa raksasa telekomunikasi itu merupakan ancaman bagi keamanan nasional AS, dan telah dibantah Huawei.

Memimpin Dunia

Menurut memo internal yang dilihat oleh Reuters, CEO Huawei, Ren Zhengfei, minggu ini meminta stafnya untuk "berani memimpin dunia" dalam perangkat lunak sebagai upaya untuk pindah ke area bisnis yang tidak dapat terpengaruh oleh sanksi AS.

"Perusahaan perlu mengambil pendekatan yang lebih open source untuk pengembangan dan harus mencoba menarik lebih banyak ahli perangkat lunak dari luar negeri sebagai bagian dari poros," katanya. n SB/Rtr/E-9

Baca Juga: