Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut Perang Dunia III bisa terjadi jika Rusia melakukan serangan terhadap satu negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Karena itu, ia menekankan, pasukan militernya akan menjaga setiap jengkal wilayah negara anggota NATO dari Rusia.

"Kami akan terus berdiri bersama sekutur kami di Eropa dan mengirim pesan yang jelas bahwa kami akan mempertahankan setiap inci wilayah NATO, setiap inci bersama NATO yang bersatu," kata Biden dalam sambutannya di Kaukus Partai Demokrat DPR, dikutip Senin (14/3).

Biden juga menjelaskan terkait pemindahan pasukan militer AS ke Eropa Timur belakangan ini. Ini dikarenakan ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

"Itulah mengapa saya memindahkan lebih dari 12.000 pasukan AS di sepanjang perbatasan dengan Rusia, Latvia, Estonia, Lituania, Rumania, dan lainnya, karena jika mereka (Rusia) bergerak sekali saja, dan jika kami menanggapinya, ini adalah Perang Dunia III," ucapnya.

Ia juga menambahkan, sesuai dengan Pasal 5, AS berkewajiban mulia untuk menjaga wilayah NATO. Menurutnya, Ukraina bukanlah anggota NATO, sehingga Perang Dunia III tidak akan terjadi di sana.

AS dan NATO juga memastikan tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina. Ini lantaran Ukraina bukanlah anggota NATO.

Sebelumnya, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina masih memanas sejak 24 Februari lalu. Ini setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan pasukan militernya untuk melancarkan invasi di Ukraina.

Imbas dari invasi tersebut, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden resmi melarang negeranya melakukan impor minyak dan gas (migas) dan batu bara dari Rusia. Ini merupakan sanksi terbaru AS terhadap invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina.

"Hari ini saya mengumumkan AS menargetkan 'arteri' utama ekonomi Rusia. Kami melarang semua impor minyak dan gas serta energi Rusia," kata Biden di Gedung Putih, dikutip dari CNN Internasional, Rabu (9/3).

"Itu berarti minyak Rusia tidak akan lagi dapat diterima di pelabuhan AS dan Amerika akan menangani pukulan kuat lainnya untuk ke 'mesin perang' (Presiden Rusia) Putin. Langkah ini akan memberikan rasa lebih sakit ke Putin," tambahnya.

Baca Juga: