SINGAPURA - Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, mengatakan negara kota itu sedang menghadapi gelombang baru Covid-19 dengan peningkatan yang signifikan kasus infeksi dalam dua minggu terakhir.

"Kami berada di awal gelombang di mana gelombang ini terus meningkat. Jadi menurut saya, gelombang ini akan mencapai puncaknya dalam dua hingga empat minggu ke depan, yang berarti antara pertengahan dan akhir Juni," kata Ong, di Singapura, Sabtu (18/5).

Dikutip dari The Straits Times, Kementerian Kesehatan atau Ministry of Health (MOH), mengatakan untuk menjaga kapasitas tempat tidur rumah sakit dan sebagai tindakan pencegahan, rumah sakit umum telah diminta mengurangi kasus operasi yang tidak mendesak dan memindahkan pasien yang sesuai ke fasilitas seperti fasilitas perawatan transisi atau kembali ke rumah dan menggunakan perawatan rawat inap keliling.

Ong mendesak mereka yang paling berisiko terkena penyakit parah, termasuk yang berusia 60 tahun ke atas, yang rentan secara medis, dan penghuni fasilitas perawatan lansia, untuk menerima dosis tambahan vaksin Covid-19 jika mereka belum melakukannya dalam 12 bulan terakhir.

MOH menyebutkan perkiraan jumlah kasus Covid-19 pada pekan 5 hingga 11 Mei naik menjadi 25.900 kasus, dibandingkan 13.700 kasus pada pekan sebelumnya. Rata-rata rawat inap harian akibat Covid-19 meningkat menjadi sekitar 250 dari 181 pada minggu sebelumnya. Rata-rata kasus harian di unit perawatan intensif atau intensive care unit (ICU) tetap rendah yaitu tiga kasus, dibandingkan dua kasus pada minggu sebelumnya.

Jadi Beban Besar

Ong mengatakan jika jumlah kasus Covid-19 meningkat dua kali lipat, Singapura akan memiliki 500 pasien dalam sistem layanan kesehatannya, dan jumlah tersebut dapat ditangani oleh Singapura. Namun, jika jumlah kasus meningkat dua kali lipat untuk kedua kalinya, maka akan ada 1.000 pasien. Itu akan menjadi beban besar bagi sistem rumah sakit.

"Seribu tempat tidur setara dengan satu rumah sakit daerah. Jadi menurut saya sistem layanan kesehatan harus mempersiapkan diri menghadapi apa yang akan terjadi," kata Ong.

Ong mengatakan Singapura tidak memiliki rencana untuk melakukan pembatasan sosial dalam bentuk apa pun atau tindakan wajib lainnya untuk saat ini, karena Covid-19 dianggap sebagai penyakit endemik di Singapura, seraya menambahkan penerapan tindakan tambahan akan menjadi pilihan terakhir.

Dengan Singapura sebagai pusat transportasi dan komunikasi, kota ini akan menjadi salah satu kota yang terkena gelombang Covid-19 lebih awal dibandingkan kota lain. "Jadi, Covid-19 hanyalah sesuatu yang harus kita jalani. Setiap tahun, kita diperkirakan akan mengalami satu atau dua gelombang," katanya.

Secara global, varian Covid-19 yang dominan masih JN.1 dan sub-silsilahnya, termasuk KP.1 dan KP.2. Saat ini, KP.1 dan KP.2 mencakup lebih dari dua pertiga kasus di Singapura.

Pada 3 Mei, Organisasi Kesehatan Dunia telah mengklasifikasikan KP.2 sebagai varian yang sedang dipantau. "Saat ini tidak ada indikasi, baik secara global maupun lokal, bahwa KP.1 dan KP.2 lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar," kata MOH.

Namun, masyarakat didesak untuk terus mengikuti perkembangan vaksinasi untuk melindungi diri mereka dari jenis virus yang ada saat ini dan yang sedang berkembang. MOH mengatakan hingga saat ini, sekitar 80 persen penduduk setempat telah menyelesaikan dosis awal atau tambahan, namun belum menerima satu dosis pun dalam setahun terakhir.

Baca Juga: