Fintech memiliki ekosistem yang agile (tangkas) dan perbankan punya dana murah, risk management lebih prudent sehingga bisa dimanfaatkan untuk mendorong interlink demi kepentingan masyarakat.

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mendorong perbankan dan perusahaan teknologi finansial (fintech) menggenjot kemitraan untuk mendukung ekonomi keuangan digital yang inklusif, khususnya bagi pelaku UMKM. Sebab, keduanya memiliki keunggulan masing-masing yang jika disinergikan akan mempercepat transformasi digital.

"Kami ingin masyarakat bukan sekadar membuka rekening atau memakai digital payment tapi bagaimana mereka mendapatkan akses pendanaan secara formal," kata Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Filianingsih Hendarta dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (3/9).

Menurut dia, hal itu sesuai dengan visi cetak biru Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) tahun 2025 sehingga BI tidak hanya menjadi navigasi sistem pembayaran tapi juga mendorong ekonomi digital yang inklusif. Alasannya, lanjut dia, di pasar keuangan perbankan mendominasi sekitar 85 persen sehingga menjadikan perbankan pemain besar sekaligus pemain utama dalam melakukan transformasi digital.

Di sisi lain juga hadir fintech yang memiliki ekosistem digital cerdas sehingga antara perbankan dan fintech diharapkan saling berkolaborasi. "Fintech punya ekosistem yang agile (tangkas) dan perbankan punya dana murah, punya risk management yang lebih prudent, ini bisa dimanfaatkan bagaimana mendorong interlink untuk kepentingan masyarakat," imbuhnya.

Apalagi, lanjut dia, BI menghadirkan standardisasi sistem pembayaran digital atau Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang kini digunakan 4,5 juta pedagang UMKM. Dengan QRIS maka kegiatan ekonomi pelaku UMKM akan tercatat sehingga data tersebut bisa menjadi masukan bagi perbankan dan fintech untuk memberikan akses pendanaan.

Pada kesempatan sama, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi mengungkapkan bank BUMN ini sudah menjalin kolaborasi dengan fintech, khususnya dalam penyaluran kredit.

"Penyaluran kredit produktif untuk seller e-commerce melalui kerja sama kami dengan mitra e-commerce sebanyak 113 miliar rupiah. Ini tahap awal kami masih belajar untuk melihat perkembangannya dan apa yang perlu di perbaiki ke depan," katanya.

Bantu UMKM

Sementara itu, anggota Dewan Penasihat Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Chatib Basri menilai industri fintech pendanaan (peer to peer lending/ P2P) dapat berperan membantu UMKM mengakses keuangan secara cepat agar bertahan dan bangkit di tengah pandemi Covid-19.

"Dalam situasi bisnis akibat pandemi kan interaksi fisik tidak mudah, mau tidak mau harus dilakukan dengan online, yang punya itu Fintech. Saya melihat Fintech P2P punya keunggulan," ujarnya.

Dia memprediksi pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 membutuhkan waktu yang agak panjang sehingga dibutuhkan kecepatan untuk menyalurkan pembiayaan agar likuiditas keuangan tetap terjaga di UMKM.

mad/Ant/E-10

Baca Juga: