Selama 700 tahun, Semenanjung Korea dihuni oleh tiga kerajaan yang saling bermusuhan satu sama lain yaitu Silla, Baekje, dan Goguryeo, serta konfederasi Gaya (Kaya). Namun aliansi dengan Dinasti Tang, membuat Silla mampu mengalahkan para pesaingnya.
Selama 700 tahun, Semenanjung Korea dihuni oleh tiga kerajaan yang saling bermusuhan satu sama lain yaitu Silla, Baekje, dan Goguryeo, serta konfederasi Gaya (Kaya). Namun aliansi dengan Dinasti Tang, membuat Silla mampu mengalahkan para pesaingnya.
Korea di zaman kuno terdiri dari tiga kerajaan yang saling berseteru. Kerajaan-kerajaan itu adalah Kerajaan Silla, Baekje (Paekche) dan Goguryeo (Koguryo), serta konfederasi Gaya (Kaya). Periode tiga kerajaan yang berkonflik satu sama lain berlangsung cukup lama yaitu dari abad ke-1 SM hingga akhir abad ke-7 M.
Pada berbagai masa, Tiongkok sangat menaruh perhatian aktif terhadap wilayah tersebut, terutama pada masa Dinasti Han, Sui, dan Tang. Pada 660 M, Dinasti Tang sangat ingin menguasai Semenanjung Korea untuk memperluas wilayahnya.
Strateginya yaitu Dinasti Tang ingin sangat ingin agar kerajaan-kerajaan selatan yang bermasalah ini melemahkan diri mereka sendiri dalam berperang melawan satu sama lain. Dengan bantuan Tiongkok, Kerajaan Silla akhirnya mampu mengalahkan saingan-saingan lama mereka.
Kemenangan tersebut tidak langsung menjadikan Dinasti Tang menguasai Semenanjung Korea. Tiongkok bagi masyarakat setempat masih dipandang sebagai pemain yang berbahaya. Ketika mereka lengah karena karena disibukkan dengan kebangkitan Tibet, pasukan Silla berhasil mengalahkan pasukan Tiongkok yang tetap tinggal di Korea setelah membantu mengalahkan Baekje dan Goguryeo dalam pertempuran di Maesosong (675 M) dan Kibolpo (676 M).
Kemenangan atas Tiongkok menjadikan Silla menguasai seluruh wilayah semenanjung secara penuh. Kerajaan ini kemudian disebut sebagai Kerajaan Silla Bersatu (Tong-il Silla). Nama ini dipergunakan untuk membedakannya dengan Kerajaan Silla lama yang lebih kecil.
Kerajaan Silla Bersatu berhasil menguasai seluruh Korea hingga ke utara hingga Sungai Daedong. Tetangga Kerajaan Silla terdekat mereka di utara adalah Kerajaan Balhae (Parhae) yang tidak bersahabat berada di Manchuria. Kerajaan ini dibentuk oleh orang-orang buangan dari Kerajaan Goguryeo lama dan anggota Malgal yang semi-nomaden.
Raja-raja Silla selama ini didominasi oleh klan Kim dengan hanya segelintir raja yang berasal dari keluarga bangsawan lain. Untuk membantu menyatukan negara, para bangsawan yang pernah berkuasa secara politik dari kerajaan-kerajaan yang jatuh secara paksa dipindahkan ke tempat yang kecil kemungkinannya untuk memicu pemberontakan. Namun demikian mereka diberi status yang setara dengan rekan-rekan Silla mereka.
Untuk lebih menjamin kesetiaan, anggota tertentu dari keluarga bangsawan diharuskan untuk secara rutin hadir di Ibu Kota Geumseong. Nama tempat ini juga dikenal sebagai Seorabol dan sekarang sebagai Gyeongju.
Orang-orang yang dianggap terlalu berbahaya bagi negara dan tawanan perang akan diperbudak untuk bekerja di tanah milik bangsawan, di bengkel manufaktur, atau di proyek gedung pemerintah.
Gyeongju menjadi lebih indah pada periode ini. Digambarkan dalam kumpulan teks Samguk yusa, kota ini memiliki 35 istana, 55 jalan, 1.360 distrik, dan 178.936 rumah yang menakjubkan. Kemakmuran ini meningkatkan populasi menjadi sekitar 900.000 jiwa.
Kerajaan Silla Bersatu juga membangun istana di tepi danau buatan. Sementara itu istana lainnya memiliki aliran air yang melewatinya sehingga cangkir anggur dapat diapungkan ke para tamu. Bahkan terdapat istana dan taman khusus untuk empat musim dengan flora dan fauna yang eksotis.
Kuil-kuil baru dibangun atau diperluas seperti Bulguksa (Kuil Tanah Buddha) besar yang menjulang dari danau teratai. Kerajaan yang lebih luas menjadi makmur karena industri pertanian yang berkembang pesat, yang menjadi lebih produktif melalui proyek irigasi yang ekstensif dan perdagangan di seluruh Laut Tiongkok Timur.
Tidak adanya perang yang berkepanjangan mendorong berkembangnya seni dan ilmu pengetahuan secara pesat. Arsitektur, patung, pengerjaan logam, matematika, dan astronomi merupakan bidang keunggulan tertentu. Sejarah menjadi kajian penting, dan pada masa inilah dilakukan perbaikan pada pencetakan balok kayu.
Pengaruh Kebudayaan
Meskipun Kerajaan Silla Bersatu menolak untuk menjadi provinsi lain di Tiongkok, hubungan dengan Tiongkok tidak memburuk, bahkan negara muda Korea menjadi sekutu setianya. Pengaruh kebudayaan Tiongkok tetap signifikan, seperti yang terjadi pada periode Tiga Kerajaan sebelumnya.
Baik Konfusianisme maupun Buddha tetap menjadi bagian penting dari sistem pendidikan Kerajaan Silla Bersatu. Sedangkan Buddha masih menjadi agama resmi negara, yang dianut oleh semua lapisan masyarakat. Biksu-cendekiawan yang paling terkenal berasal dari periode ini yaitu Wonyho turut mempopulerkan keyakinan ini pada abad ke-7 Masehi.
Sementara itu, Konfusianisme menjadi lebih kuat di Kerajaan Silla Bersatu dengan Akademi Konfusianisme Nasional yang didirikan pada 682 M dan ujian bagi administrator negara diperkenalkan pada 788 M.
Terdapat perdagangan yang sehat antara kedua negara juga dengan barang-barang mewah Tiongkok seperti sutra, buku, teh, dan karya seni diimpor. Sedangkan Korea mengekspor logam terutama emas dan perak, ginseng, barang-barang rami, barang-barang manufaktur, kuda, dan mengirim pelajar dan cendekiawan ke Tiongkok.
Kerajaan Silla Bersatu juga membangun hubungan Jepang bagian selatan, terutama pada periode Nara dan Heian. Kontak dengan para pedagang Arab, yang membawa rempah-rempah, karpet, dan perhiasan, memperluas dengan dunia luar. Temuan kaca di Korea mencakup kapal-kapal Romawi, Sasanian, dan Suriah yang membuktikan jaringan perdagangan yang berkembang pesat sepanjang periode tersebut.
Di bidang seni, kerajinan dari logam terus menjadi karya seni unggulan di Kerajaan Silla Bersatu. Hal ini terlihat pada mahkota emas dari berbagai makam. Pada periode itu bentuk seni baru berkembang yaitu membuat lonceng perunggu besar (pomjong) yang digunakan di kuil Buddha.
Contoh lain dari kesenian Silla Bersatu yang masih ada adalah lentera batu, genteng dengan wajah mengerikan untuk mengusir roh jahat, ubin lantai yang dihiasi kelopak bunga teratai, jumlahnya meningkat dari standar 6-8 periode sebelumnya menjadi 16 atau 32 buah.
Di bidang arsitektur, dibangun Istana Gyeongju memiliki taman dan danau sendiri. Namun sayangnya, yang tersisa dari bangunan ini hanyalah ubin lantai dekoratif. Bangunan penting yang masih bertahan di ibu kota ini mencakup dua pagoda batu Dabotap dan Seokgatap yang keduanya berasal dari abad ke-8 M, yang menurut tradisi berasal dari 751 M.
Salah satu bangunan batu yang menonjol dari zaman Kerajaan Silla Bersatu adalah kuil Buddha Gua Seokguram di sebelah timur Gyeongju. Dibangun antara 751 dan 774 M, kuil ini berisi ruang dalam berbentuk kubah melingkar yang di dalamnya terdapat patung Buddha duduk besar setinggi 3,45 meter. Dindingnya dihiasi dengan 41 patung besar murid dan Bodhisattva. hay/I-1