Pemerintah menggandeng swasta, masyarakat, artis, dan para toloh agama dalam rangka meningkatkan literasi digital dengan meluncurkan siberkreasi.

JAKARTA - Untuk memerangi hoax pemerintah segera meluncurkan siberkreasi. Ini adalah proyek bersama pemerintah, swasta, masyarakat, artis, dan para toloh agama dalam rangka meningkatkan literasi digital. Dengan merangkul berbagai pihak ini diharapkan semua bertanggung jawab atas maraknya hoax, tidak hanya pemerintah.


"Pemerintah sering tidak dipercaya maka kami mendekati mereka. Pemerintah mendorong peran MUI, KWI, PHDI, PGI, dan Gemabudhi untuk mengedukasi literasi warga," kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, pada seminar yang diselenggarakan Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi), di Tanjung Pesona, Sungailiat, Bangka, Jumat (27/10).


Menurut Rudiantara, para tokoh itu lebih dipercaya. Dengan siberkreasi akan makin kuat upaya menangkal hoax atau adu domba. Hanya saja, Rudiantara belum bersedia mengungkapkan waktu peluncurannya. Rudiantara minta Gemabudhi untuk roadshow mengadakan kegiatan edukasi literasi, seperti ini ke daerah-daerah lain.


Pada acara dalam rangka rakernas Gemabudhi dan seminar nasional yang bertema Memindai Penetrasi Hoax melalui Perisai Pancasila ini, Rudiantara mengajak masyarakat menanggapi hoax secara positif. "Kalau yang negatif ditanggapi dengan negatif seperti hoax, fitnah, judi, adu domba malah tidak produktif," katanya.


Menkominfo mengajak santai, delete saja kalau ada hoax, tidak usah repot. Biar saja orang membuat hoax. Masyarakat diajak untuk memanfaatkan media sosial (Medsos) secara baik yaitu untuk mengembangkan ekonomi digital.


Sementara itu, Kapolda Babel, Brigjen Pol Syaiful Zachri, menyatakan ada beberapa tujuan orang menyebar hoax. Tujuan tersebut, antara lain untuk membentuk opini, menyebar teror, kepentingan politik, dan menangguk uang seperti dalam kasus saracen.


Forum Pengaduan


Untuk menangkalnya, tambah Syaiful, Polda membentuk cyber troops yang kerjanya main HP untuk mengawasi lalu lintas berita. Polda juga membentuk forum pengaduan. Untuk memperkuat semua ini, Polda merekrut calon anggota Polri yang canggih dalam bidang teknolgi informasi (TI).


Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, D Anzar S, menambahkan untuk memgatasi hoax dengan becermin ke Pancasila yang merupakan produk dialog. Hoax sendiri produk monolog. "Kami memerangi hoax dan adu domba dengan kerja nyata," katanya.


Dia memberi contoh, sebentar lagi akan dilaksanakan bersih-bersih wihara bersama kaum muda Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Pancasila itu seperti itu. Pancasila harus dihadirkan.secara otentik seperti itu, jangan pura-pura.


"Di dalam semua agama, ada oknum yang ekstrem, makanya kita yang toleran ini bertemu. Kami minta jangan memberi cap atau stigma. Sebab begitu seseorang distigma teroris, bisa benar-benar menjadi teroris," katanya.


Sebelumnya, dalam membuka rakernas, Ketua Umum Gemabudhi Bambang Patijaya mengingatkan kaum muda perlu penguatan supaya mampu berkontribusi yang jelas dalam pembangunan nasional.

Mereka harus mengembangkan sikap inklusif, jangan eksklusif, bergaul lintas komunitas dan lintas sektoral. "Maka kita mengundang seluruh potensi kaum muda untuk membangun Indonesia," tandas Bambang. wid/N-3

Baca Juga: