Persoalan pangan di Tanah Air terutama terkait stok dan gejolak harga harus diatasi secara lintas sektoral. Ke depan, Badan Pangan akan membangun ekosistem pangan, menyiapkan data, dan neraca pangan secara valid agar persoalan yang terjadi tidak terulang.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melantik Arief Prasetyo Adi menjadi Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) di Istana Negara pada Senin 21 Februari lalu. Arief merupakan mantan Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia/RNI (Persero), perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang pangan.

Bapanas bertugas untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang pangan dan dibentuk melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2021 sebagai mandat dari Undang Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan.

Secara struktural Bapanas bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Lembaga ini didesain lintas sektor sehingga paling tidak ditangani oleh tiga kementerian lembaga yang utama yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian BUMN sehingga ada pelimpahan kewenangan ketiga kementerian tersebut ke dalam Bapanas.

Terkait fungsi dan peran Bapanas yang begitu penting untuk menangani sektor pangan di Tanah Air, Wartawan Koran Jakarta, Fredrikus W Sabini berkesempatan mewawancarai Arief Prasetyo Adi dalam beberapa kesempatan. Berikut petikannya.

Apa harapan Bapak jelang Ramadan ini terkait persoalan pangan?

Menjelang Ramadan dan Idul Fitri, diharapkan Holding Pangan ID FOOD bersama NFA (Bapanas) turut mengamankan ketersediaan 9 bahan pangan strategis. Diharapkan Holding Pangan ID FOOD bersama NFA dapat melakukan percepatan terwujudnya ketersediaan dan keterjangkauan pangan dengan harga terjangkau.

Holding Pangan ID FOOD dapat bersinergi lakukan percepatan data stok dan harga pangan melalui platform dan sentralisasi dengan data pangan NFA. Dengan begitu, NFA memiliki data sentral yang valid baik ditingkat produsen maupun konsumen.

Hal ini sekaligus untuk mitigasi risiko kelangkaan bahan pokok pangan yang menjadikan sejumlah harga pangan naik ketika menjelang hari besar keagamaan.

Seperti stok daging, ayam, telur, permintaan meningkat menjelang Ramadan, oleh karenanya perlu penyelarasan data segera untuk solusi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Selain itu, ID FOOD juga dapat menyelaraskan platform data komoditas pangan lainnya yang dikelola, bahkan diharapkan tersedia juga data proyeksi panen setiap komoditas, sehingga tercipta digitalisasi ekosistem pangan.

Dari proyeksi data panen di Holding Pangan yang disentralisasikan dalam platform, maka NFA dapat memprediksi kapan waktunya penugasan kepada BUMN pangan.

Stok daging kita terbatas, tentu mempengaruhi harga. Apa upaya Bapak?

Akan mendorong BUMN mempercepat masuknya cadangan daging stok nasional untuk mengatasi persoalan daging bulan Ramadan sampai dengan Idul fitri. Selain itu NFA juga akan membuat skenario mobilisasi potensi daging sapi, menyiapkan pola distribusi baik sapi maupun daging sapi potong.

Saya berharap BUMN juga melakukan operasi pasar, bagaimana harga daging sapi sampai dengan end customer.

Ke depan kita harus sudah punya stok daging. Stok ini bisa kita tentukan sesuai kebutuhan masyarakat, kita hitung kebutuhannya setiap bulan untuk ditindaklanjuti BUMN melalui cold room/cold storage daging. Hal ini sebagai salah satu solusi stabilisasi harga daging ditahun berikutnya. Ini perlu dilakukan perubahan, berbenah, sehingga tidak ada kejadian berulang setiap tahun.

PR (pekerjaan rumah) saya adalah mempercepat penugasan ke BUMN, selain itu mempercepat harga yang baik ke distributor dan pedagang.

Selanjutnya melakukan open book dengan stakeholders dan NFA akan segera bahas pada Rakortas.

Bagaimana upaya Bapak menjamin pasokan daging?

Saya kolaborasi BUMN Bulog, Holding Pangan ID FOOD, BUMD Dharma Jaya, Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Jaringan Pemotongan dan Pedagang Daging Indonesia (JAPPDI) memastikan stok daging aman.

Ada beberapa pilihan daging untuk stok memenuhi kebutuhan masyarakat mulai dari frozen daging kerbau, frozen daging sapi serta sapi dari sentra produksi Indonesia.

Saya bersama pedagang daging memastikan juga dengan variasi produk pilihan sehingga semua masyarakat bisa terpenuhi kebutuhannya dengan harga yang baik.

Jadi, akan ada hot meat/daging segar, daging sapi frozen, kerbau frozen, kita akan pastikan ini semua ter-delivered dengan baik sebelum puasa dan lebaran.

Bagaimana Bapak mengurangi impor daging?

Badan Pangan bersama Kementerian Pertanian tengah melakukan visit ke beberapa peternak sapi untuk melakukan pengiriman sapi hidup dalam rangka memenuhi pasokan hot meat pasar di Jabodetabek dan Bandung Raya.

Presiden Joko Widodo memerintahkan kita semua menteri terkait untuk kolaborasi, sehingga tidak gaduh lagi masalah daging, saya pastikan supply ke teman-teman pedagang itu baik.

Ini akan sangat baik bila dikerjakan kolaborasi semua pihak bersama BUMN, BUMD, private, dan asosiasi-asosiasi yang ada, sehingga masyarakat akan dapat pilihan daging seperti saging sapi, daging kerbau beku atau daging sapi segar/hot meat.

Kalau sumber ketersediaan stok ada lokal dan dilengkapi dengan sumber impor. BUMN Holding Pangan ID FOOD melalui PT Berdikari juga telah menerima penugasan dari pemerintah untuk kontribusi penyediaan stok daging sapi Brasil.

Impor memang harus dikurangi tetapi bukan berarti cadangan pangan kita tidak baik, saya akan bersama Kementerian Pertanian mendorong optimalisasi sentra sapi untuk memenuhi produk lokal.

Harga daging naik, kira-kira bagaimana Bapak menjamin periode Ramadan harga daging stabil?

Saya bersama bersama Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan, (PKH) Kementerian Pertanian, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, BUMN Holding Pangan ID FOOD Group melalui PT Berdikari baru saja meninjau sentra produksi sapi lokal di Jawa Timur.

Kalau dilihat sapi-sapi ini hasil inseminasi buatan program Kementan ternyata cukup berhasil, tinggal setelah ini seperti janji kita semua kemarin kita akan mobilisasi sapi dari Jawa Timur untuk pemenuhan kebutuhan Jakarta dan Bandung Raya.

Bagaimana caranya?

Memobilisasi sapi produksi lokal ini juga melibatkan beberapa pihak seperti BUMD DKI Dharmajaya, BUMN peternakan Berdikari member of ID FOOD dan kita juga Asosiasi Pedagang Sapi Indonesia (APDI) dan Jaringan Pemotong dan Pedagang Daging Indonesia (JAPPDI) dan seluruh pemangku kepentingan terkait lainnya.

Semua komoditas sapi ini untuk memenuhi komoditas daging sapi di pasar-pasar di Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

Bagaimana menyediakan daging murah bagi masyarakat?

Untuk komoditas daging, pemerintah memberikan beberapa pilihan daging untuk stok memenuhi kebutuhan masyarakat mulai dari frozen daging kerbau, frozen daging sapi serta sapi sentra produksi Indonesia.

Untuk daging akan kita distribusikan ke pelaku usaha ataupun asosiasi-asosiasi dengan memberikan beberapa pilihan kepada masyarakat bahwa ada beberapa pilihan daging seperti hot meat, frozen sapi, frozen kerbau dan sapi dari sentra produksi lokal, jadi terdapat beberapa pilihan daging memenuhi kebutuhan masyarakat.

Bagaimana cara menstabilkan harga beras jelang Ramadan?

Untuk menjaga stabilitas harga beras, diharapkan BUMN Pangan Bulog, ID FOOD maupun BUMD Food Station dapat berkolaborasi dengan asosiasi padi maupun pengusaha beras untuk bersama- sama serap gabah/beras petani, hal ini selain dapat membantu menjaga ketersediaan beras dan stabilitas harga sekaligus dapat menyejahterakan petani.

Beras itu sekarang lagi panen, sekarang concern kita sebenarnya bagaimana menyerap gabah kering panen (GKP), sehingga GKP ini bisa untuk menyambung sampai panen berikutnya.

Jangan sampai harganya jatuh, kalau kita lihat di Pasar Induk Beras Cipinang yang dikelola BUMD Food Station, stoknya sangat baik, di Bulog juga tersedia stoknya artinya sampai dengan Ramadan ini beras kita berkecukupan.

Bagaimana sikap Badan Pangan terkait masalah kelangkaan minyak goreng?

Tentu kami akan membantu menjaga stabilitas dan ketersediaan harga minyak goreng. Hal ini juga telah dilakukan rapat koordinasi antara Badan Pangan Nasional/ NFA (National Food Agency) dengan Kementerian Perdagangan, sejumlah lembaga dan pelaku usaha termasuk dengan BUMN dan private retail mengenai masukan - masukan dan solusi untuk mengatasi ketersediaan minyak goreng dengan harga sesuai ketentuan, di antaranya mengenai wacana pencantuman harga pada kemasan minyak goreng untuk mengantisipasi spekulasi harga.

Seperti diketahui Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng curah ditetapkan 11.500 rupiah/liter, minyak goreng kemasan sederhana 13.500 rupiah per liter, dan minyak goreng kemasan premium 14.000 rupiah per liter. Akan tetapi, masih dijual di atas HET dengan alasan menurut para pelaku usaha distribusi belum lancar.

Saat saya dan Mendag meninjau di pasar Kebayoran tanggal 9 Maret lalu harga minyak goreng belum dijual sesuai ketetapan pemerintah, ke depan saya berharap melalui BUMN Pangan dapat operasi pasar untuk memastikan harga minyak goreng dengan harga yang baik.

Bagaimana upaya Bapak terkait neraca pangan?

Badan Pangan sedang mempersiapkan transformasi neraca pangan dan beberapa program sinergi beberapa kementerian terkait akan menjadi krusial baik komoditas pangan dari impor maupun domestik. Harapannya ke depan bisa bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam berkoordinasi dan upaya transparansi dalam melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pangan termasuk kebijakan-kebijakan ketersediaan dan harga pangan.

Beberapa pendelegasian kewenangan yang menjadi tugas Badan Pangan terkait penyusunan rencana aksi, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi yang perlu dilakukan bersama dengan kementerian/ lembaga terkait.

Pemenuhan kebutuhan pangan perlu ditentukan bersama yang utama tentunya yang pertama berasal dari produksi nasional, kedua cadangan pangan nasional, dan ketiga adalah pengadaan luar negeri sebagai opsi terakhir yang jumlah kualitas dan waktunya harus dicermati dengan melihat neraca pangan dan proyeksi ke depan.

Bagaimana dengan data pangan yang kerap bermasalah?

Tentu perlu menyinkronisasi data stok yang harus ditentukan bersama kementerian/lembaga terkait terutama untuk sembilan komoditas yang menjadi tugas Badan Pangan Nasional.

Kenaikan harga pangan selalu terjadi. Apa langkah Bapak menyelesaikan masalah ini?

Saya sampaikan perlunya kolaborasi seluruh stakeholders pangan yang ada, Kementerian dan lembaga, private sector, universitas, dan semua asosiasi. Jadi kita tidak bisa menyelesaikan masalah pangan di Indonesia tanpa ada kolaborasi semua pihak.

Wujud konkret dalam menyejahterahkan petani adalah dengan mengajak petani berkontribusi untuk ketersediaan stok pangan hasil produksi petani.

Kita serap produk petani, hal ini tentunya akan mempengaruhi harga di tingkat petani, di hilirnya juga perlu dijaga sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Hilir pangan kita jaga antara inflasi dengan kesejahteraan petani yang perlu diseimbangkan, di sini nanti ada peran BUMN Pangan ada Holding Pangan ID FOOD beserta Anak Perusahaanya dan juga Perum BULOG.

Kita bereskan semua persoalan pangan, dan perlu dua sisi, pertama produsen dan di sisi lain end customer masyarakat, keduanya dipelihara dan seimbang.

Seperti apa peran Badan Pangan ini membangun ekosistem pangan?

Kami mendorong terbentuknya ekosistem pangan. Ini sebagai upaya menyinergikan industri pangan dan pupuk, Kementerian BUMN dan Dirjen PKH Kementerian Pertanian untuk mempercepat mobilisasi sapi lokal.

Kami baru saja meninjau lahan pupuk Kujang. Pupuk Kujang mempersiapkan kandang sapi kapasitas 1.800 ekor sapi, dan Kementerian Pertanian akan mempersiapkan IKH (Instalasi Karantina Hewan), paralel juga stok sapi lokal bisa langsung ke kandang. Sedangkan Holding Pangan ID FOOD melalui PT Berdikari akan B2B (Business to Business) dengan Pupuk Kujang. Kerja sama ini pun diharapkan dapat berjalan dalam dua tiga minggu ke depan.

Caranya, mulai dari sumber sentra produksi sapi dikumpulkan di kandang setelah itu nanti kerjasama juga dengan rumah Rumah Potong Hewan kemudian distribusi melalui pedagang-pedagang pasar.

Jadi akan menjadi kesatuan ekosistem pangan, bangun ekosistem ini tidak mudah tetapi harus dikerjakan, jadi hari ini Badan Pangan Nasional, BUMN, asosiasi, swasta berkolaborasi seperti yang sering saya sampaikan bahwa perlu kolaborasi seluruh pihak stakeholders, salah satu maksudnya ya seperti ini.

Riwayat Hidup

Nama: Arief Prasetyo Adi, ST., MT.

Tempat, tanggal lahir: Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 27 November 1974

Pendidikan:

  • Sarjana Teknik Sipil di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (1998)
  • Magister Teknik di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2000)

Karier:

  • Deputy CEO di PT Bez Retailindo (2013- 2015)
  • Direktur Utama Food Station (2015-2020)
  • Wakil Ketua Dewan Penasehat Kamar Dagang dan Industri Indonesia DKI Jakarta (2019-sekarang)
  • Dewan Pakar Perkumpulan Pengusaha Penggilingan Padi Indonesia (2020-sekarang)
  • Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (2020-2022)
  • Kepala Badan Pangan Nasional (Februari 2022-sekarang)

Penghargaan:

  • The Best CEO BUMD 2018
  • The Best CEO BUMD 2019 dari Top Business - Indonesia Business News - Asia Business Research Center
  • Top Executive Muslim 2019 dari Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI)
  • The Most Committed GRC Leader 2019
  • Jakarta Youth Award 2019 - Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pemuda Jakarta.

Baca Juga: