JAKARTA - Selain torehan sejarah oleh pasangan ganda putri Greysia Polli/Apriyani Rahayu yang berhasil meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020, ada hal menarik lain dari laga final tunggal putri cabang bulu tangkis.

Hal yang cukup membanggakan bagi Indonesia adalah wasit yang memimpin pertandingan berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dia adalah Wahyana (53) seorang staf pengajar- guru olahraga SMP N 4 Patuk, Gunungkidul. Dia diberi tugas memimpin jalannya pertandingan babak final tunggal putri bulu tangkis Olimpiade Tokyo antara Chen Yu Fei dari China dengan Tai Tzu Ting dari Taiwan.

Pria asal Godean, Kabupaten Sleman ini selain sebagai guru olah raga, juga menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum di SMP 4 Patuk.

Wahyana sendiri memang sudah malang-melintang di dunia perwasitan bulu tangkis sejak lama. Tugas memimpin jalan pertandingan baik di event nasional hingga internasional telah acap kali dijalani.

Wahyana menceritakan perjalanan kariernya hingga kemudian berhasil menjadi seorang wasit yang diperhitungkan hingga tingkat dunia. Pria kelulusan fakultas olahraga di IKIP atau UNY ini memang sejak dulu menggemari olah raga. Mulanya dia bergelut di cabang olah raga voli. Namun kemudian karena cedera engkel yang serius, dia terpaksa harus pensiun dari dunia volli. Selanjutnya, Wahyana kemudian banting stir dengan berganti ke cabang olah raga bulu tangkis. Bukan sebagai atlet, melainkan Wahyana beralih sebagai wasit.

Dia menceritakan, mulai tahun 1998 sampai tahun 2000 ia baru sebatas dipercaya menjadi hakim garis dalam setiap pertandingan. Wahyana kemudian mengikuti ujian kompetensi di tingkat DIY dengan hasil terbaik. Kemudian ia kembangkan lagi di tingkat nasional dan Asia.

"Di tingkat nasional A saya mendapatkan capaian terbaik. Kemudian saya dikirim mengikuti Asia Accreditation di Kuala Lumpur pada tahun 2006 silam. Lanjut lagi Asia Certification di Johor, Malaysia," ucap Wahyana dikutip Pidjar.com, Selasa (2/8).

Dari situ ia kembali mengikuti BWF Accreditation dan mendapatkan sertifikasi atau lisensi tertinggi pada tahun 2016. Dengan lisensi bertaraf dunia ini, kiprahnya dalam dunia perwasitan semakin diperhitungkan. Jam terbang dalam mengikuti pertandingan juga semakin tinggi. Tak hanya event berkelas nasional saja, namun dia juga mulai dipercaya memimpin kompetisi-kompetisi bertaraf dunia.

"Dari 36 wasit di olimpiade, ada 11 orang dari Asia dan saya merupakan satu-satunya dari Indonesia yang dipercaya untuk memimpin jalannya pertandingan tim tunggal putri dalam memperebutkan medali emas. Tentu ada sebuah kebanggaan tersendiri, sebab dalam final itu, memang dicari wasit terbaik dari seluruh yang ada, Alhamdulillah," jelasnya.

Sebenarnya tidak hanya kali ini saja ia menjadi wasit dalam final kejuaraan. Sudah ada banyak turnamen kejuaraan yang juga ia pimpin mulai dari SEA Games, Asian Games, Kejuaraan Dunia, Paralimpic, Piala Sudirman, Piala Thomas, World Tour Finals dan lainnya. Namun tentunya, event olimpiade di mana menjadi perhatian dunia dan khususnya terjadi euforia di tingkat nasional ini menjadi kesan tersendiri baginya.

"Menjadi wasit dalam partai final memang dipilih yang terbaik dan harus memiliki lisensi tertinggi," tandasnya.

Baca Juga: