KOPENHAGEN - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Kamis (15/8)memperingatkan kemungkinan adanya kasus impor lebih lanjut dari jenis mpox baru yang lebih berbahaya di Eropa, setelah Swedia mengumumkan infeksi pertama di luar Afrika dalam wabah yang telah menewaskan ratusan orang di Republik Demokratik Kongo.
Kasus yang tercatat menginfeksi seorang pelancong di Swedia diumumkan sehari setelah WHO menyatakan lonjakan mpox di Afrika sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional -- tanda peringatan tertinggi yang dapat dibunyikan.
Badan kesehatan PBB prihatin dengan meningkatnya kasus dan kematian di Republik Demokratik Kongo, serta penyebaran ke Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda.
Badan Kesehatan Masyarakat Swedia mengatakan kepada AFP pada hari Kamis, mereka telah mendaftarkan kasus subklade Clade 1b -- jenis virus baru yang sama yang telah melonjak di Kongo sejak September 2023.
"Seseorang yang mencari perawatan" di Stockholm "telah didiagnosis menderita mpox yang disebabkan oleh varian klade 1. Ini adalah kasus pertama yang disebabkan oleh klade I yang didiagnosis di luar benua Afrika," kata WHO dalam pernyataan terpisah.
Orang tersebut terinfeksi saat berkunjung ke "bagian Afrika di mana terjadi wabah besar mpox Clade 1", kata epidemiolog negara bagian Magnus Gisslen dalam pernyataan tersebut.
Badan tersebut menambahkan: "Fakta bahwa pasien mpox dirawat di negara tersebut tidak memengaruhi risiko terhadap masyarakat umum, suatu risiko yang saat ini dianggap sangat rendah oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC)."
Kantor regional WHO Eropa di Kopenhagen mengatakan pihaknya sedang berdiskusi dengan Swedia cara terbaik untuk menangani kasus yang baru terdeteksi tersebut.
"Konfirmasi mpox Clade 1 di Swedia merupakan gambaran jelas tentang keterkaitan dunia kita," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Kemungkinan akan ada kasus impor Clade 1 lebih lanjut di kawasan Eropa selama beberapa hari dan minggu mendatang, dan sangat penting bagi kita untuk tidak menstigmatisasi pelancong atau negara/kawasan."
"Pembatasan perjalanan dan penutupan perbatasan tidak berhasil dan harus dihindari," tambahnya.
548 Kematian di RD Kongo
Wabah ini berpusat di RD Kongo.
Menteri Kesehatan Samuel-Roger Kamba mengatakan dalam pesan video bahwa negara itu "telah mencatat 15.664 kasus potensial dan 548 kematian sejak awal tahun", dengan seluruh 26 provinsi terkena dampak.
Populasi Kongo sekitar 100 juta jiwa.
Ia mengatakan pemerintah telah menerapkan "rencana strategis nasional untuk vaksinasi terhadap mpox", serta meningkatkan pengawasan penyakit di perbatasan dan pos pemeriksaan.
Menteri mengatakan kelompok kerja tingkat pemerintah telah dibentuk untuk meningkatkan pelacakan kontak dan membantu memobilisasi sumber daya untuk "mempertahankan pengendalian epidemi ini".
Sebelumnya disebut cacar monyet, virus ini ditemukan pada tahun 1958 di Denmark, pada monyet yang dipelihara untuk penelitian.
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada manusia pada tahun 1970 di wilayah yang sekarang disebut Republik Demokratik Kongo.
Mpox adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia oleh hewan yang terinfeksi tetapi juga dapat ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak fisik yang dekat.
Penyakit ini menyebabkan demam, nyeri otot dan lesi kulit besar menyerupai bisul.
Penggalangan Vaksin
Departemen Kesehatan AS mengatakan pada hari Rabu, mereka akan "menyumbangkan 50.000 dosis vaksin JYNNEOS yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) ke DRC".
"Vaksinasi akan menjadi elemen penting dalam respons terhadap wabah ini," katanya dalam sebuah pernyataan.
Dan perusahaan farmasi Denmark, Bavarian Nordic, mengatakan pihaknya siap memproduksi hingga 10 juta dosis vaksin yang menargetkan mpox pada tahun 2025.
Ada dua subtipe virus: Clade 1 yang lebih ganas dan mematikan, endemik di Cekungan Kongo di Afrika tengah; dan Clade 2, endemik di Afrika Barat.
Pada bulan Mei 2022, infeksi mpox melonjak di seluruh dunia, sebagian besar menyerang pria gay dan biseksual, karena subklade Clade 2b.
WHO mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang berlangsung dari Juli 2022 hingga Mei 2023.
Wabah tersebut, yang kini sebagian besar telah mereda, menyebabkan sekitar 140 kematian dari sekitar 90.000 kasus.
Subklade Klade 1b menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada Klade 2b, dengan tingkat kematian yang lebih tinggi.