Rusia melumpuhkan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa pada Jumat (4/3). PLTN Zaporizhzhya di Enerhodar, Ukraina tenggara, terjadi kebakaran hebat usai ledakan beruntun.

?Kekhawatiran lantas datang membuncah di antara berbagai pihak. Kejadian tersebut membuat masyarakat dunia cemas, ledakan di situs nuklir dapat memicu evakuasi seluruh benua.

Dengan demikian, para analis harus memastikan tidak ada indikasi bencana besar tengah menjulang usai insiden itu.

Sementara, organisasi nirlaba American Nuclear Society (ANS) bahkan menyebutkan, ancaman nyata yang menghantui penduduk Ukraina tetap sama. Yakni, pengeboman dan penembakan oleh Rusia.

ANS melihat, tidak ada tanda-tanda kerusakan pada reaktor nuklir. PLTN Zaporizhzhya mempunyai enam dari 15 reaktor yang ada di Ukraina.

Lalu, ANS menganalis, bangunan yang mengalami kebakaran bukan tempat reaktor. Dikarenakan, fasilitas yang menampung reaktor tidak memiliki jendela.

"Berdasarkan citra satelit, tampak seperti gedung perkantoran dan tidak akan menampung peralatan penting," kata ANS pada sebuah cuitan di akun Twitternya.

Mantan penasihat khusus Joe Biden, Jon B. Wolfsthal, memberikan hasil pengamatan yang sama.

"Semua orang perlu mengambil langkah mundur dan tidak langsung mengambil kesimpulan," terang Wolfsthal.

Wolfsthal menjelaskan, kebakaran di situs nuklir jelas bukan kabar baik. Meski, masyarakat perlu untuk menenangkan diri. Karenanya, reaktor nuklir di PLTN Zaporizhzhya merupakan tipe VVER.

Untuk itu, jenis reaktor itu dinilai jauh lebih aman dibandingkan reaktor lain, seperti tipe RBMK yang meledak di Chernobyl pada 1986.

Kemudian, reaktor air bertekanan VVER dirancang untuk dimatikan dalam keadaan darurat. Zona penahanan VVER akan melangsungkan sistem keamanan ketika dimatikan.

Demikian, sistem tersebut dapat gagal berfungsi jika pabrik mengalami kerusakan berat. Sehingga, sumber bahan bakar mungkin tidak terlindungi sebagaimana reaktor.

Dengan begitu, serangan mengganggu pasokan listrik, sistem pendingin akan terpengaruh. Dampaknya, rangkaian peristiwa akan meletus hingga menyebabkan bencana.

"Ada kebutuhan bagi pembangkit untuk memiliki daya eksternal agar sepenuhnya aman, dan memiliki pendinginan aktif," terang Wolfsthal.

"Jika bangunan tidak rusak dan jika reaktor dengan aman dimatikan, dan memiliki sistem pendingin sekunder atau tersier maka risikonya kecil," lanjut Wolfsthal.

Selain itu, Wakil Direktur Program Kebijakan Nuklir di Carnegie Endowment for International memperkuat pengamatan itu. James Acton memaparkan, jika pada pendingin reaktor rusak, bahan bakar di dalamnya akan meleleh.

"Saya yakin reaktor sudah dimatikan, tapi bahan bakar di dalamnya masih radioaktif dan masih membutuhkan pendinginan. Reaktor harus dijaga terus dingin," papar Acton, yang dikutip dari CNN Internasional.

Perlu diketahui, Ukraina turut memastikan reaktor nuklir telah dimatikan dengan aman. Pihak berwenang tidak menyebut kondisi pendingin reaktor. Tetapi, keamanan nuklir dilaporkan sudah mereka jamin.

Baca Juga: