WASHINGTON - Setelah misi Apollo terakhir 50 tahun lalu, Amerika Serikat akan kembali mencoba mendaratkan pesawat ruang angkasa di Bulan pada 25 Januari, kata pimpinan perusahaan swasta pertama yang berhasil mendarat di permukaan bulan.

Pendarat yang diberi nama Peregrine tidak akan membawa siapa pun di dalamnya. Pesawat ini dikembangkan oleh perusahaan Amerika Astrobotic Technology. CEO-nya John Thornton mengatakan, pesawat tersebut akan membawa instrumen NASA untuk mempelajari lingkungan Bulan sebagai antisipasi misi berawak Artemis NASA.

Beberapa tahun lalu, NASA memilih untuk menugaskan perusahaan-perusahaan AS mengirimkan eksperimen dan teknologi ilmiah ke Bulan, sebuah program yang disebut CLPS.

Kontrak ini akan memungkinkan pengembangan ekonomi Bulan dan menyediakan layanan transportasi dengan biaya lebih rendah.

"Salah satu tantangan besar adalah mencoba meluncurkan dan mendarat di permukaan Bulan dengan biaya yang lebih murah," kata Thornton pada Rabu (30/11) pada konferensi pers di Pittsburg.

"Hanya sekitar setengah dari misi ke permukaan Bulan yang berhasil," ujarnya.

"Jadi ini tentu tantangan yang menakutkan. Saya akan merasa takut sekaligus senang di setiap tahapan ini."

Lepas landas dijadwalkan pada 24 Desember dari Florida dengan menaiki penerbangan perdana roket baru dari grup industri ULA, bernama Vulcan Centaur.

Wahana tersebut kemudian akan memakan waktu "beberapa hari" untuk mencapai orbit Bulan, namun harus menunggu hingga 25 Januari sebelum mencoba mendarat, sehingga kondisi cahaya di lokasi target tepat, kata Thornton.

Penurunan akan dilakukan secara mandiri tanpa campur tangan manusia, namun akan dipantau dari pusat kendali perusahaan.

Pada musim semi, perusahaan rintisan ispace Jepang telah berusaha menjadi perusahaan swasta pertama yang mendarat di Bulan, tetapi misi tersebut gagal. Israel juga mengalami kemunduran pada 2019. Hanya empat negara yang berhasil mendarat di Bulan: Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, dan yang terbaru, India.

Selain Teknologi Astrobotic, NASA telah menandatangani kontrak dengan perusahaan lain, seperti Firefly Aerospace, Draper, dan Intuitive Machines.

Yang terakhir ini akan lepas landas dengan roket SpaceX pada bulan Januari.

"Pimpinan NASA menyadari risikonya dan telah menerima bahwa mungkin beberapa misi ini tidak berhasil," kata Chris Culbert, manajer program CLPS.

"Tetapi meskipun setiap pendaratan tidak berhasil, CLPS telah memberikan dampak pada infrastruktur komersial yang diperlukan untuk membangun perekonomian bulan," katanya.

Melalui program Artemis, NASA ingin mendirikan pangkalan di permukaan Bulan.

Baca Juga: