Di beberapa tempat, perempuan masih mengalami diskriminasi. Pada masa Covid-19 ketidakadilan terhadap perempuan semakin tinggi. Hal ini perlu seruan kesadaran keadilan yang lebih menggema.

Para tokoh perempuan dunia berbicara pada acara "2020 Girl Up Leadership Summit" yang pertama kali diselenggarakan secara virtual 13-14 Juli 2020. Dalam KTT daring itu mereka berharap dapat membantu program badan-badan PBB yang berkerja pada urusan perempuan remaja.

Dengan tema "Connecting Global Movement For Gender Equality," kali ini para pembicara fokus pada kesetaraan gender, kekerasan gender, pendidikan anak perempuan, perempuan dalam olahraga, dan perempuan dalam karier di bidang sains, teknologi, engineering, teknik, dan matematika.

Para membicara tersebut antara lain mantan Ibu Negara AS, Michelle Obama, mantan anggota kerajaan Inggris, Meghan Markle, bintang film Bollywood, dan Priyanka Chopra. Kemudian, aktivias hak asasi manusia dari suku minoritas Yazidi di Irak, Nadia Murad, mantan Ibu Negara AS/mantan Menlu AS, Hillary Clinton, pelari cepat 400 m asal Meksiko, Gabby Medina, dan CEO SherylKaraSandberg.

"Kami sangat senang memiliki begitu banyak wanita luar biasa bersama kami di KTT global. Kami sangat bangga dengan pekerjaan yang mereka lakukan dan ingin menunjukkan kepada dunia makna bila anak perempuan memimpin," kata Direktur Eksekutif Girl Up, Melissa Kilby.

Akses Pendidikan

Mantan Ibu Negara AS, Michelle Obama, dalam pidatonya menyampaikan dengan penuh semangat pentingnya melindungi akses anak perempuan ke bidang pendidikan, khususnya di tengah pandemi. Dalam KTT tersebut, Michelle Obama berbicara atas nama Girls Opportunity Alliance, bagian dari program Obama Foundation yang berupaya memberdayakan gadis-gadis remaja melalui pendidikan.

Ada "perubahan mendadak" (abrupt changes) yang dihadapi masyarakat karena virus korona. "Tekad Anda selama bertahun-tahun telah membantu banyak gadis menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi diri mereka dan keluarga. Pandemi ini hanya menunjukkan upaya Anda lebih penting sekarang," katanya seperti dilansir Honey Nine.

Bagi Michelle, krisis yang terjadi pada masa pandemi Covid-19 mirip dengan virus Ebola di Afrika. Kondisi ini menciptakan hambatan tambahan bagi perempuan dalam mengakses pendidikan. Belum lagi, meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga, kehamilan remaja, kesulitan keuangan, dan pernikahan anak. "Tantangan seperti ini mejadi lebih kejam di saat krisis, termasuk dalam pendidikan," tandasnya.

Ia minta pada gadis remaja tidak dilupakan selama krisis ini. "Ketika kita memberi anak perempuan kesempatan untuk belajar, kita memberi mereka kesempatan untuk memenuhi potensi mereka, membangun keluarga yang lebih sehat, dan berkontribusi pada ekonomi negaranya untuk generasi men datang," lanjut dia.

Selama ini, Michelle Obama bergelut pada pemberdayaan perempuan remaja. Pada 2018 dia meluncurkan yayasan Girls Opportunity Alliance, sebagai upaya mengatasi masalah putus sekolah pada 98 juta gadis remaja di seluruh dunia.

Dia kemudian memuji kekuatan persatuan dalam mengakses pendidikan. "Aku tidak sabar untuk melihat kamu akan bersama-sama mengubah dunia dan membantu semua gadis memenuhi janji mereka yang tak terbatas," ujar dia. hay/G-1*

Baca Juga: