KUALA LUMPUR - Sejumlah negara di Asia Tenggara dilaporkan terus bergulat dengan panas ekstrem, diikuti dengan korban jatuh di tengah laporan rekor suhu dan kasus serangan panas yang semakin menambah tanda-tanda perubahan cuaca ekstrem.

Dilansir oleh The Straits Times, di Malaysia, sebanyak 14 kasus sengatan panas dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan, pada Jumat, dan pemerintah memperkirakan jumlah korban akan meningkat mengingat cuaca panas, yang kemungkinan akan berlangsung hingga Agustus.

"Situasi masih terkendali dan dapat tertampung di fasilitas kesehatan. Fasilitas kementerian dan rumah sakit disiapkan untuk menerima korban sengatan panas dan korban kram panas," kata Wakil Menteri Kesehatan Malaysia, Lukanisman Awang Sauni, kepada wartawan di Sabtu (13/5).

Malaysia baru-baru ini melaporkan kematian seorang anak akibat sengatan panas, yang mendorong Kementerian Kesehatan untuk mengeluarkan peringatan publik.

Sementara itu, Singapura membukukan suhu tertinggi dalam 40 tahun, 37 derajat Celsius. "Kondisi hangat dan kering akan berlanjut. Suhu juga melampaui rekor sebelumnya pada Mei 2022, sebesar 36,7 derajat Celsius," kata Badan Lingkungan Hidup Nasional Singapura, dalam unggahan Facebook, Sabtu (13/5).

Gelombang Panas

Dengan peringatan para ilmuwan bahwa 2023 kemungkinan akan menjadi tahun berikutnya yang ditandai dengan suhu tinggi yang berbahaya, tanda-tanda ketegangan muncul di seluruh Asia, karena gelombang panas yang dimulai pada bulan April terus melanda wilayah tersebut, mengikuti pola peningkatan cuaca ekstrem yang disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca di atmosfer.

Vietnam melaporkan suhu tertinggi 44,2 derajat Celsius pada awal Mei, dan Filipina memangkas jam pelajaran setelah indeks panas mencapai zona bahaya.

Baca Juga: