Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuduh Rusia pada hari Kamis (19/5) telah menggunakan makanan sebagai senjata di Ukraina dengan menyandera pasokan tidak hanya untuk Ukraina, tetapi juga jutaan orang di seluruh dunia.

Seorang pejabat senior di Moskow kemudian menolak tuduhan itu, dengan mengatakan Rusia "bukan idiot" dan tidak akan mengekspor makanan sambil dikenakan sanksi keras.

Di hadapan Dewan Keamanan PBB, Blinken mengimbau Rusia untuk berhenti memblokade pelabuhan Ukraina.

"Pemerintah Rusia tampaknya berpikir bahwa menggunakan makanan sebagai senjata akan membantu mencapai apa yang belum dilakukan invasi, untuk mematahkan semangat rakyat Ukraina," ujarnya.

"Pasokan makanan untuk jutaan orang Ukraina dan jutaan lainnya di seluruh dunia telah benar-benar disandera," lanjutnya.

Perang di Ukraina telah menyebabkan harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melambung.

Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global. Ukraina juga merupakan pengekspor utama jagung, enjelai, minyak bunga matahari dan minyak lobak, sementara Rusia dan Belarusia, yang telah mendukung Moskow dalam perangnya di Ukraina, menyumbang lebih dari 40% ekspor kalium global, nutrisi tanaman.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, menulis di aplikasi perpesanan Telegram, mengatakan orang Rusia terampil memproduksi makanan yang dibutuhkan di seluruh dunia dalam situasi yang tepat.

"Semuanya ternyata tidak masuk akal, di satu sisi, sanksi gila diberlakukan sementara di sisi lain ada tuntutan untuk memasok makanan," tulis Medvedev, sekarang wakil ketua Dewan Keamanan Rusia.

"Hal-hal tidak berjalan seperti itu. Kami bukan idiot," tambahnya.

Medvedev mengatakan untuk menghasilkan panen membutuhkan orang-orang yang terampil di bidang pertanian, serta peralatan dan pupuk yang tepat.

"Rusia tahu bagaimana melakukan ini," tulisnya.

"Kami memiliki semua peluang untuk memastikan ada makanan di negara lain, sehingga tidak ada krisis. Jangan menghalangi kami untuk bekerja," lanjutnya.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menganggap "sangat salah" setiap saran bahwa Rusia harus disalahkan atas krisis pangan global yang telah terjadi selama beberapa tahun.

Dia menuduh Ukraina menahan kapal asing di pelabuhannya dan menambang perairan.

"Keputusan untuk mempersenjatai makanan adalah milik Moskow dan Moskow sendiri," ucap Blinken.

"Sekitar 20 juta ton biji-bijian tidak terpakai di silo Ukraina karena pasokan makanan global menyusut (dan) harga meroket," katanya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sedang mencoba untuk menengahi kesepakatan yang memungkinkan Ukraina untuk melanjutkan ekspor makanan dan menghidupkan kembali produksi makanan dan pupuk Rusia ke pasar dunia.

Baca Juga: