Perdana Menteri (PM) Ukraina Denys Shmyhal mengungkapkan, pemerintah telah menyetujui untuk menyita aset-aset Rusia di Ukraina. Ini seiring konflik Rusia-Ukraina yang belum usai sejak 24 Februari lalu.

"Hari ini, Kabinet Menteri menyetujui sebuah dokumen yang menyatakan bahwa aset-aset Rusia di Ukraina dialihkan ke negara (Ukraina), atau lebih tepatnya ke perusahaan negara 'Dana Investasi Nasional'," kata Shmyhal melalui Telegram, dikutip dari Antara, Jumat (13/5).

Shmyhal mengatakan, aset-aset Rusia itu akan dimasukkan dalam pengelolaan Dana Investasi Nasional Ukraina. Menurutnya, dana itu nantinya akan digunakan untuk memperkuat angkatan bersenjata Ukraina, membantu warga, serta membangun kembali infrastruktur.

Ia juga menambahkan, pemerintah Ukraina tengah bekerja sama dengan negara-negara lain guna menyita aset-aset Rusia di luar negeri dan menggunakan dananya untuk pemulihan Ukraina pascakonflik.

Pada April lalu, Shmyhal mengatakan bahwa Kiev berusaha menyita aset-aset Rusia untuk mendanai pemulihan Ukraina pascakonflik.

"Dana pemerintah dan oligarki Rusia akan menjadi salah satu sumber utama untuk menambah Dana Rekonstruksi negara kita," ujar Shmyhal di Telegram.

Sebagai informasi, Rusia mulai melancarkan serangan ke Ukraina sejak 24 Februari lalu. Meski telah digelar beberapa perundingan, kedua negara belum menemukan titik terang untuk berdamai.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov berharap operasi militer khusus di Ukraina akan mengakhiri dominasi Barat di dunia. Menurutnya, saat operasi militer khusus selesai, Barat diharapkan berhenti mempromosikan dunia unipolar yang didominasi oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

"Kami berharap bahwa setelah operasi militer kami selesai dan mencapai semua tujuan yang ditetapkan dalam kerangka kerjanya, itu akan berkontribusi untuk menghentikan upaya Barat untuk melemahkan hukum internasional, mengabaikan dan sangat melanggar prinsip-prinsip Piagam PBB, termasuk prinsip kesetaraan kedaulatan negara, dan akan memaksa Barat untuk berhenti mempromosikan apa yang disebut dunia unipolar yang didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutunya," kata Lavrov, dikutip dari Anadolu Agency, Kamis (12/5).

Rusia menyebut invasi yang dilakukannya ke Ukraina sejak 24 Februari lalu sebagai operasi militer khusus. Ini bertujuan untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tetangga.

Baca Juga: