Jakarta - Pergerakan rupiah kembali dibayangi faktor eksternal, terutama terkait ketidakpastian perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Bahkan, faktor perang dagang tersebut dapat mengalahkan sentimen terhadap suku bunga acuan dari bank sentral AS (The Fed) yang diperkirakan batal naik bulan ini.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (11/12) sore, tertekan 75 poin dari sehari sebelumnya menjadi 14.624 rupiah per dollar AS. Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong di Jakarta, kemarin mengatakan sentimen yang datang dari eksternal masih menjadi faktor utama bagi pelemahan mata uang rupiah.

"Mata uang negara berkembang, termasuk rupiah masih dipengaruhi ketidakpastian perang dagang. Kondisi itu membuat pelaku pasar mengalihkan dananya ke aset yang lebih likuid, dalam hal ini dollar AS," ujarnya. Menurut dia, mata uang di negara berkembang menjadi kurang diminati mengingat dampak perang dagang dikhawatirkan mempengaruhi perekonomian global.

"Meski data ekonomi AS melambat dan sinyal The Fed yang dovish terhadap suku bunga (FFR) tidak membuat dollar AS menjadi tertekan," ucapnya.

Ant/E-10

Baca Juga: