JAKARTA - Dollar AS menguat pada akhir perdagangan Sabtu (25/9) pagi WIB, bersiap untuk kenaikan pekan ketiga berturut-turut terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, karena ketidakpastian atas pengembang properti Tiongkok, Evergrande yang terlilit utang membantu greenback bangkit kembali dari penurunan tajam di sesi sebelumnya. Kondisi tersebut berpotensi membebani pergerakan rupiah ke zona positif.
"Kami berada dalam salah satu situasi, dan ini tidak selalu terjadi, di mana dollar diuntungkan oleh banyak gagasan," kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com. "Ekonomi AS memang terlihat lebih baik daripada sebagian besar pesaingnya, ada ketakutan yang tersisa di luar sana atas Evergrande dan apa lagi yang ada di luar sana dalam sistem ekonomi dan politik Tiongkok yang agak tidak transparan, ditambah The Fed tampaknya akhirnya siap."
Indeks dollar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,237 persen, dengan euro turun 0,2 persen menjadi 1,1713 dollar.
Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan lalu terkoreksi, masih dipengaruhi sinyal tapering yang akan dilakukan oleh The Fed dalam waktu dekat. Rupiah ditutup melemah 15 poin atau 0,11 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.258 rupiah per dollar AS.
"Secara garis besar gerak rupiah masih berkonsolidasi setelah penguatan beberapa waktu lalu. Konsolidasi dan koreksi yang terjadi ini mendapat tambahan dorongan dari hasil rapat The Fed yang menyiratkan akan melakukan tapering dalam waktu dekat walaupun tidak diberikan kejelasan kapan waktu dimulainya," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Nikolas Prasetia di Jakarta.