JAKARTA - Penguatan rupiah terhadap dollar AS kemarin diperkirakan bersifat terbatas sehingga berpotensi melemah dalam jangka pendek. Kuatnya sentimen negatif dari dalam negeri menjadi salah satu penyebabnya.

"Sinyal positif data eksternal kurang didukung dengan data internal yang mengakibatkan penguatan mata uang garuda tertahan," ujar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, kemarin.

Dari eksternal, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed kembali menegaskan komitmen untuk menjaga kebijakan suku bunga acuan ultrarendah dan mempertahankan langkah injeksi likuiditas untuk pemerintah dalam rangka memacu pemulihan ekonomi di negara tersebut.

Dari domestik, Bank Indonesia (BI) sudah beberapa kali menurunkan suku bunga acuan, tujuan utamanya adalah untuk membantu memulihkan ekonomi dari pandemi Covid-19 dan menstabilkan rupiah. Namun, penurunan suku bunga BI belum dibarengi dengan penurunan suku bunga kredit perbankan.

Apabila perbankan tidak menurunkan suku bunga kredit, maka masyarakat atau pengusaha akan terbebani dengan bunga yang tinggi sehingga masyarakat dan pengusaha enggan untuk meminjam dana di perbankan.

Seperti diketahui, kurs yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (24/2) sore, ditutup menguat 8 poin atau 0,05 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.085 rupiah per dollar AS.

Baca Juga: