JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah lanjutan, hari ini (5/10), karena dipengaruhi sentimen global. Pelaku pasar masih cemas dengan kenaikan imbal hasil olbigasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun dan sikap hawkish yang ditunjukkan bank sentral setempat atau the Fed.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Kamis (5/10), bergerak fluktuatif sebelum berakhir melemah di kisaran 15.620-15.700 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam penutupan perdagangan, Rabu (4/10), ditutup melemah sebesar 54 poin atau 0,35 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.634 rupiah per dollar AS.

Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova menyatakan pelemahan rupiah dipengaruhi proyeksi suku bunga Amerika Serikat (AS) pada level tinggi yang berlangsung lebih lama. "Rupiah dapat menguat jika The Fed bersikap dovish (melonggar) terhadap proyeksi suku bunga AS. Sikap The Fed masih jauh dari dovish mengingat angka inflasi AS masih jauh dari target 2 persen," ujar dia di Jakarta, kemarin.

Data tenaga kerja Job Openings and Labor Turnover Survey AS yang lebih kuat dari perkiraan, yakni 9,61 juta dengan ekspektasi 8,8 juta, turut melemahkan nilai tukar rupiah. Indeks Purchasing Managers' Index Indonesia yang lebih rendah dari bulan sebelumnya, yakni 52,3 pada September 2023 dibanding 53,9 pada Agustus 2023, semakin menekan kurs rupiah.

"Rupiah berpotensi menguat karena data inflasi yang rendah (2,28 persen pada September 2023), namun pengaruh negatif dari eksternal masih sangat kuat mempengaruhi rupiah," ungkap Rully.

Baca Juga: