JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melanjutkan pelemahannya, hari ini (29/9). Sentimen eksternal mendominasi pelemahan rupiah tersebut.

Analis DCFX Futures Lukman Leong tekanan terhadap rupiah dipengruhi penguatan dollar AS menyusul pernyataan hawkish dari gubernur Federal Reserve (The Fed) Minneapolis. Faktor lainnya, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun kembali menyentuh 4 persen, level rekor tertingi sejak Oktober 2008.

Dia menambahkan pelaku pasar juga mengantisipasi data inflasi Amerika Serikat (AS) yang diproyeksikan kembali meningkat. Karenanya, dia memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Kamis (29/9), bergerak di kisaran 15.175-15.375 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (28/9) sore, anjlok tertekan agresivitas kebijakan moneter bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed). Rupiah ditutup melemah 143 poin atau 0,94 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.267 rupiah per dollar AS.

"Pelemahan rupiah memang masih sangat dipengaruhi oleh kondisi global. Sudah dua hari ini DXY (indeks dollar AS) di atas 114," kata Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto saat dihubungi di Jakarta.

Menurut Rully, faktor The Fed yang masih akan tetap agresif dalam menaikkan suku bunga, masih membayangi pergerakan rupiah. "Inflasi di berbagai negara terus tetap tinggi sementara negara-negara maju di luar US (UK, EU) lebih buruk kondisinya dibanding US, mendorong penguatan USD" ujar Rully.

Baca Juga: