JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah awal pekan ini setelah berakhir stganan pada akhir pekan lalu. Pergerakan rupiah awal pekan ini bakal dipengaruhi sentimen eksternal.

Analis Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong melihat, dengan absennya data ekonomi penting domestik, investor akan mengantisipasi data inflasi belanja personal di Amerika Serikat (AS) atau personal consumption expenditure (PCE) yang diperkirakan masih akan bertahan tinggi. Situasi tersebut bakal menekan kinerja rupiah.

Lukman memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (25/9), bergerak di kisaran 15.300-15.500 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam penutupan perdagangan, Jumat (22/9), ditutup stagnan atau tetap dari sehari sebelumnya menjadi 15.375 rupiah per dollar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) lebih stabil dibandingkan mata uang negara lain. Nilai tukar rupiah bergerak stabil kendati Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate pada level 5,75 persen, dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 5 persen, dan suku bunga Lending Facility 6,5 persen.

"Dengan suku bunga ditahan, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tetap lebih stabil daripada mata uang negara lain. Meskipun, rupiah terdepresiasi secara point-to-point sebesar 0,98 persen dibandingkan dengan Agustus 2023," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat pekan lalu.

Keputusan menahan suku bunga tersebut dinilai konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali.

Baca Juga: