JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup menguat, seiring turunnya imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS). Rupiah ditutup menguat 41 poin atau 0,29 persen dari akhir pekan lalu menjadi 14.267 rupiah per dollar AS.
"Pasar masih dipengaruhi oleh perkembangan sentimen global, terkait dengan pergerakan imbal hasil US Treasury yang cenderung turun, sudah kembali di bawah 1,5 persen dan indeks dollar yang juga mulai turun," kata analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Senin (4/10).
Sementara itu dari dalam negeri, pada akhir pekan lalu Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi 0,04 persen pada September 2021 yang disebabkan oleh penurunan harga beberapa komoditas utama.
Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-September 2021 tercatat 0,80 persen, dan laju inflasi tahun ke tahun 1,60 persen. Menurut Rully, deflasi September ini menjadi sentimen positif bagi rupiah. "Sentimen cukup baik setelah data inflasi menunjukkan deflasi secara bulanan, di tengah banyaknya negara-negara di dunia yang mengalami kenaikan inflasi," ujar Rully.
Terkait pandemi, jumlah kasus harian Covid-19 pada Minggu (3/10) bertambah 1.142 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 4,22 juta kasus. Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar Covid-19 mencapai 58 kasus sehingga totalnya mencapai 142.173 kasus.
Sementara itu, jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 2.020 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,04 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif Covid-19 mencapai 32.876 kasus.