JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan stabil dengan kecenderungan menguat tipis, hari ini (14/10). Bebagai sentimen eksternal beberapa waktu terakhir mendorong pelaku pasar berburu sarana lindung nilai aman dan lari dari aset berisiko, termasuk rupiah.

"Dollar AS mempertahankan penguatannya akhir-akhir ini karena dipicu oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan umumkan pemangkasan pembelian obligasi mereka pada bulan depan," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, kemarin.

Selain itu, kata dia, kekhawatiran pasar terhadap lonjakan harga energi membuat pasar beralih mencari aset safe haven dollar AS.

Outlook penguatan dollar AS juga datang dari pernyataan terbaru pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS). Wakil Ketua The Fed Richard Clarida mengatakan dirinya yakin bahwa standar kemajuan lebih lanjut yang substansial telah lebih dari sekedar terpenuhi, sehubungan dengan stabilitas harga dan semuanya telah dipenuhi terkait dengan mandat ketenagakerjaan.

Dia juga menambahkan pengurangan bertahap pembelian aset obligasi dapat berakhir pada pertengahan 2022.

Seperti diketahui, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (13/10) sore, ditutup stagnan, dibayangi sentimen tapering yang akan mulai dilakukan The Fed pada November mendatang. Rupiah ditutup stagnan di level 14.218 rupiah per dollar AS.

Baca Juga: