JAKARTA - Kebijakan moneter longgar yang dipertahankan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed dan bank sentral Inggris (BoE) berpotensi membuat pelaku pasar kembali masuk ke emerging market (EM), termasuk Indonesia. Serbuan capital inflow tersebut diperkirakan dapat memperkuat nilai tukar rupiah.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan pelonggaran kebijakan The Fed sesuai ekspektasi pasar sepertinya akan mampu mendorong kembali penguatan rupiah di hadapan dollar AS.

Pada saat bersamaan, lanjutnya, Bank of England juga menurunkan kebijakan moneternya pada Kamis (5/11), yang mendorong stimulus pembelian obligasi yang sudah besar dengan 150 miliar poundsterling yang lebih besar dari perkiraan.

"Rupiah kemungkinan akan dibuka fluktuatif dan menguat 20-200 poin namun ditutup menguat sebesar 10-150 poin," ujar Ibrahim, Jakarta, Minggu (8/11).

Sentimen positif sektor eksternal dinilai dapat membuka kemungkinan rupiah kembali menguat cukup tinggi dalam perdagangan awal pekan ini (9/11). Ibrahim memperkirakan rupiah bergerak dalam kisaran 14.150 - 14.230 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (6/11), ditutup menguat ditopang sentimen positif dari eksternal dan domestik. Rupiah ditutup menguat 170 poin atau 1,18 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.210 rupiah. uyo/E-10

Baca Juga: