JAKARTA- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar AS diperkirakan berbalik melemah, hari ini (10/10). Investor menantikan petunjuk baru dari kebijakan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) dan mencemaskan tensi geopolitik, terutama di Timur Tengah.
Pengamat Komoditas, Lukman Leong menyatakan, jika risalah bank sentral AS (The Fed) tadi malam cenderung hawkish alias sesuai ekspektasi pasar, maka dollar AS bakal menguat terhadap mata uang lain, termasuk rupiah. Selain itu, investor juga terus memantau perkembangan situasi di Timur Tengah.
Karenanya, Lukman memproyeksikan niali tukar rupiah dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Kamis (10/10), bergerak cenderung di kisaran 15.600 - 15.750 rupiah per dollar AS.
Sebelumnya, kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan, Rabu (9/10) sore, menguat 25 poin atau 0,16 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.630 rupiah per dollar AS. Penguatan dipengaruhi normalisasi harga minyak dunia.
"Pergerakan rupiah ini disebabkan oleh normalisasi harga minyak yang bergerak di bawah level 80 dollar AS per barel," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta.
Penurunan harga minyak dunia tersebut meningkatkan ekspektasi terbatasnya defisit transaksi berjalan Indonesia.
Selain itu, investor menantikan notulensi rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed terbaru pada Rabu malam dan laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Kamis yang akan dipertimbangkan dalam asesmen suku bunga kebijakan lebih lanjut.