Dengan teknologi yang dikembangkan ilmwuan di Washington State University ini, tanggal kadaluwarsa pada susu akhirnya bisa menjadi sesuatu yang usang dari masa lalu.

Para peneliti dari Departemen Teknik Sistem Biologi atau Biological Systems Engineering (BSE) di WSU dan School of Food Science serta departemen lainnya di WSU telah mengembangkan sebuah sensor yang dapat 'mencium' apakah susu masih dalam keadaan baik atau sudah rusak.

Shyam Sablani, profesor di bidang BSE mengatakan Sensor tersebut terdiri dari nanopartikel berlapis kimia yang bereaksi terhadap gas yang dihasilkan oleh susu dan pertumbuhan bakteri yang menunjukkan pembusukan. Sensor juga tidak menyentuh ASI secara langsung.

"Jika makanan memburuk, sebagian besar makanan menghasilkan senyawa yang mudah menguap yang baunya tidak enak," kata Sablani. "pembusukan berasal dari pertumbuhan bakteri. Tapi kamu tidak bisa mencium semua itu sampai kamu membuka wadah," kata Sablani.

Sensor mendeteksi gas yang mudah menguap ini dan berubah warna. Terobosan ini pada tahap awal, tetapi Sablani dan rekan-rekannya menunjukkan dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Food Control bahwa reaksi kimia mereka bekerja di lingkungan laboratorium yang terkendali.

Langkah selanjutnya untuk tim adalah mengembangkan cara untuk menunjukkan secara visual berapa lama produk sebelum rusak. Saat ini sensor hanya menunjukkan apakah ASInya ok atau rusak.

Meskipun masih awal, Sablani membayangkan bekerja dengan industri makanan untuk mengintegrasikan sensornya ke dalam tutup plastik botol susu sehingga konsumen dapat dengan mudah melihat berapa lama lagi produk tersebut akan tetap segar.

Satu masalah dengan tanggal kedaluwarsa yang saat ini ada adalah mereka didasarkan pada skenario kasus terbaik.

"Tanggal kedaluwarsa pada produk dingin atau beku hanya akurat jika telah disimpan pada suhu yang benar sepanjang waktu," kata Sablani.

Penyalahgunaan suhu, atau waktu yang dihabiskan suatu produk di atas suhu lemari es, sangat umum, katanya. Dan kondisi tersebut bisa terjadi selama pengiriman, atau jika konsumen lama dalam perjalanan pulang dari toko.

"Kita harus bekerja dengan industri untuk membuat ini bekerja," kata Sablani. "Tetapi kami yakin bahwa kami dapat berhasil dan membantu meningkatkan keamanan pangan dan umur simpan bagi konsumen," kata Sablani. nik/berbagai sumber/E-6

Baca Juga: