Kelezatan Sate Keroncong terletak pada potongan daging kambing dengan bumbu rempah yang meresap gurih hingga ke serat-serat daging. Tak ketinggalan, alunan musik keroncong yang mengiringi menyempurnakan suasana bersantap salah satu olahan daging kambing khas nusantara ini.

Sate kambing, kuliner yang satu ini menjadi salah satu olahan daging kambing yang sangat familiar di Indonesia, tak terkecuali di Jakarta. Warung sate kambing cukup mudah ditemui, mulai dari kaki lima hingga bintang lima. Mereka menawarkan berbagai cita rasa dan keunikannya masing-masing. Salah satunya, Sate Keroncong.

Sate ini cukup terkenal di kalangan pencinta hidangan sate dan sejenisnya. Menikmati sate dalam iringan alunan musik keroncong memang menjadi keunikan tersendiri dari warung Sate Keroncong ini. Tapi bintang utama dari warung sate yang sudah ada sejak 1960-an ini tetap pada olahan sate serta menu tambahan lainnya yakni gulai dan tongseng kambing.

Seporsi sate kambing di Sate Keroncong berisi 10 tusuk sate daging kambing yang disajikan dengan bumbu kecap. Sate Keroncong memang hanya menyediakan bumbu kecap dalam penyajian satenya.

Bumbu kecapnya diracik dari rajangan bawang merah serta irisan tomat segar. Tak lupa potongan cabai segar yang membuat bumbu kecap ini menjadi paduan sempurna, manis dan pedas yang menyegarkan. Jika suka bisa ditambah dengan lada bubuk.

Sementara daging kambing untuk sate, dibumbui dengan aneka rempah seperti ketumbar, kemiri, dan bawang putih serta beberapa bumbu rempah lainnya. Potongan dagingnya besar-besar. Tapi daging tetap empuk, tidak alot saat digigit.

Bumbu juga meresap kuat, jauh ke dalam serat-serat daging. Olahan lainnya tak kalah menggoda yakni tongseng kambing. Keunikan tongseng kambing di warung Sate Keroncong ini adalah proses memasaknya yang masih menggunakan tungku dan kayu bakar.

Pengunjung bahkan bisa menyaksikan secara langsung bagaimana tongseng pesanan mereka dibuat. Semangkuk tongseng kambing di Sate Keroncong berisi rajangan kubis, tomat, dan daun bawang.

Tak lupa, potongan daging kambing yang melimpah serta kuah kaldu dari gulai kambing yang begitu terasa rempah-rempahnya. Rasanya manis gurih karena tambahan kecap manis sebagai salah satu bumbu pelengkapnya.

Seperti halnya sate kambing, tongseng kambing ini juga nikmat disantap bersama dengan nasi putih yang hangat. Jika suka, bisa ditambah dengan acar timun dan wortel yang memberikan sensasi rasa dan tekstur yang semakin beragam dalam sajian tongseng yang satu ini. Ukuran tongseng di Sate Keroncong ini cukup besar setiap porsinya, sehingga bisa dimakan untuk dua orang.

Apalagi potongan daging kambingnya juga sangat melimpah. Sate Mester Sebelum masyhur sebagai Sate Keroncong, warung sate yang awalnya dirintis oleh Almarhum Kirmadi ini sebelumnya kondang dengan nama Sate Mester. Lokasi jualan Kirmadi saat itu memang berada di pinggir jalan di kawasan Balimester, Jatinegara, Jakarta Timur.

Kirmadi sendiri sudah mulai berjualan sate sejak tahun 1960 an. Karena rasa satenya yang mulai dikenal dan memiliki banyak pelanggan, Kirmadi kemudian memindahkan warung satenya ke Gang Lele yang tak jauh dari lokasi dagangnya semula. Di Gang Lele, warung sate Kirmadi tak lansung dikenal sebagai Sate Keroncong.

""ama aslinya sebenarnya warung Sate Sederhana," kata Mulyono. Mulyono merupakan generasi ke dua Kirmadi. Kini, Mulyonolah yang mengelola warung sate tersebut. Nama Sate Keroncong, lanjut Mulyono baru kondang mulai akhir tahun 1990an.

Sekitar tahun 1997. Menurut Mulyono, Saat itu, sebuah grup pemusik asal Semarang kerap membawakan musik-musik keroncong saat "mangkal"di depan warung satenya. Tak hanya satu dua lagu, grup musik ini bisa "ngamen" hingga berjam-jam dengan membawakan aneka musik keroncong sembari mengiringi para pengunjung sate bersantap. Tapi bukannya terganggu, para pengunjung malah terhibur. "Saweran" dari para pengunjung juga banyak. "Jadi kata almarhum bapak, ya sudah sama-sama cari duit bareng-bareng di sini," kata Mulyono.

Sejak itu, nama warung sate ini lebih dikenal sebagai Sate Keroncong. Hingga saat ini, grup musik keroncong juga masih setia mengiringi suasana bersantap para pengunjung.

Meskipun para personel dalam grup keroncong tersebut sudah kerap berganti. Resep Warisan Tak hanya kehadiran musik keroncong yang membuat suasana berbeda, kelezatan sate keroncong juga tidak bisa diragukan lagi hingga membuat banyak pelanggan setianya tidak bisa berpaling. Menurut Mulyono, salah satu rahasia di balik kelezatan sate keroncong adalah konsistensinya dalam merawat resep sate warisan orang tuanya. Baik bumbu untuk olesan sate maupun bumbu untuk tongseng semua masih menggunakan resep asli dari sang orang tua.

Tak hanya soal bumbu yang masih dipertahankan, tekni pengolahan hingga pemilihan daging juga masih terus mengadopsi cara-cara orang tuanya yang sudah terbukti melekat kuat di lidah para pelanggan setianya. Misalnya saja soal pemilihah daging kambing yang harus benar-benar pas secara umur sehingga kwalitas daging yang dihasilkan benar-benar bagus.

Tekstur dan rasa alami daging kambingnya. Soal teknik membakar sate juga juga masih dipertahankan. Termasuk dalam milih arang yang digunakan untuk membakar sate.

Mulyono hanya menggunakan arang batok kelapa yang memiliki panas yang stabil sehingga daging kambing bisa memiliki tingkat kematangan yang pas dan merata. Saat memasak tongseng, Mulyono juga memilih mempertahankan tungku dan kayu bakar.

Alasannya, agar aroma dan rasa yang dihasilkan tetap terjaga. Untuk harga, seporsi sate kambing, dihargai 60 ribu rupiah sementara untuk tongseng dan gulai dihargai 45 ribu rupiah. nik/S-2

Baca Juga: