Proses audit harus dilakukan secara profesional, objektif, dan menyeluruh terhadap aspek keamanan dan keselamatan kerja.

JAKARTA - Pemerintah didesak mengaudit semua smelter sebab fasilitas pengolahan dan pemurnian rawan kecelakaan. Hal itu buntut dari ledakan hebat di smelter milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah, sehingga menimbulkan korban jiwa.

Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, meminta semua smelter tersebut secara ketat diperiksa. Proses audit harus dilakukan secara profesional, objektif, dan menyeluruh terhadap aspek keamanan dan keselamatan kerja. "Jangan sampai karena ada pertimbangan politik, pemerintah mengabaikan aspek keamanan dan keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan itu," tegas Mulyanto, Rabu (27/12).

Seiring ledakan ITSS, menurutnya, pemerintah perlu menghentikan sementara atau moratorium semua operasional smelter di Indonesia. "Kita perlu tahu kualitas barang yang selama ini dipakai untuk menunjang operasional smelter. Jangan-jangan barang dan suku cadang yang dipakai tidak memenuhi syarat yang ditentukan," tandasnya.

Dia juga menambahkan sudah menjadi rahasia umum sebagian besar alat kerja di smelter-smelter milik Tiongkok diimpor dari negara tersebut juga. Bahkan sampai komponen terkecil seperti baut dan mur.

"Karena itu kita perlu tahu kualitas barang yang selama ini dipakai untuk menunjang operasional smelter. Jangan-jangan barang dan suku cadang yang dipakai tidak memenuhi syarat yang ditentukan," ungkapnya.

Mulyanto sangat prihatin kecelakaan kerja terjadi lagi di smelter perusahaan Tiongkok. Kali ini menyebabkan paling sedikit 35 orang korban, di mana sebanyak 13 orang meninggal dunia. Padahal beberapa waktu sebelumnya terjadi kecelakaan kerja di smelter PT GNI yang mengakibatkan dua orang meninggal dunia.

"Ini ledakan terbesar dalam sejarah pengoperasian smelter milik perusahaan Tiongkok di Indonesia. Pemerintah agar sungguh-sungguh untuk menindaklanjuti kasus ini. Kita perlu tahu apa penyebab dari ledakan smelter tersebut, apakah karena faktor lemahnya keandalan pabrik, murni faktor kelalaian manusia, atau ada sebab-sebab lain. Pemerintah bertanggung jawab untuk mengusut tuntas kasus ini," kata Mulyanto.

Dia menyebut peristiwa ini harus menjadi pelajaran berharga sehingga harus benar-benar dipahami dan menjadi momentum untuk mengevaluasi semua kesepakatan kerja sama dengan perusahaan Tiongkok. Dirinya meminta terkait korban dan keluarga korban, PT ITTS wajib bertanggung jawab dalam pengobatan, perawatan, pemakaman, dan pemberian santunan.

Korban Bertambah

Berdasarkan informasi terbaru, jumlah korban meninggal dunia akibat ledakan tungku smelter nikel PT ITSS di Morowali kembali bertambah satu orang sehingga secara keseluruhannya jumlahnya mencapai 19 orang. Adapun yang meninggal itu ialah TKI (tenaga kerja Indonesia) dan warga negara Tiongkok.

Baca Juga: