JAKARTA - Di Resimen Para Komando Angkatan Darat (Kopassus sekarang-red), karirnya sempat moncer. Ia dicatat sebagai salah satu perwira cemerlang di Korps Baret Merah tersebut. Sayang, karir anak buah Jenderal Sarwo Edhie ini kemudian mandek. Pangkatnya mentok hanya sampai Brigadir Jenderal (Brigjen).

Sementara, kawan seperjuangannya, yang juga sama-sama merintis karir di RPKAD melesat jauh meninggalkannya. Kawan seperjuangannya itu, adalah Benny Moerdani, jenderal bintang empat yang sempat jadi Panglima ABRI dan orang kuat di TNI.

Siapa dia? Dia adalah Chalimi Imam Santosa atau akrab dipanggil C.I.Santoso. Ya, CI Santoso adalah kawan seperjuangan Benny Moerdani. Perwira RPKAD asal Solo ini, sejak remaja sudah menyabung nyawa di medan pertempuran ketika bergabung dengan satuan Tentara Pelajar pimpinan Mayor Ahmadi.

Di satuan Tentara Pelajar yang sama, ikut bergabung Benny Moerdani. Bersama Benny, C.I. Santoso sudah merasakan desing peluru melawan Belanda. Usai perang melawan Belanda, C.I. Santoso dan Benny sama-sama masuk ke Sekolah Pendidikan Infanteri (SPI).

Lulus dari SPI, Benny dan C.I. Santoso ikut pendidikan komando di RPKAD. Dan keduanya dinyatakan lulus. Nah, ketika Benny dikeluarkan dari RPKAD, gara-gara mengkritik keras kebijakan Komandan RPKAD saat itu, Kolonel Mung Parahadimulyo, C.I. Santoso ditunjuk jadi pengganti Benny sebagai komandan batalyon.

Sampai kemudian, Kolonel Sarwo Edhie masuk menjadi Komandan RPKAD. Karir C.I. Santoso di bawah kepemimpinan Sarwo Edhie, awalnya begitu cemerlang. Ia dipercaya Sarwo Edhie menjadi Komandan Batalyon I RPKAD.

Jika melihat film G30S PKI, ada adegan ketika pasukan RPKAD merebut Gedung RRI dan Telkom yang sebelum dikuasai kelompok Untung Sutopo. Nah, yang memimpin pasukan baret merah merebut gedung RRI dan Telkom itu C.I. Santoso.

Saat itu, salah satu anak buahnya adalah Letjen (Purn) Sintong Pandjaitan. Namun, setelah peristiwa G30S PKI, karir anak Solo itu meredup. C.I. Santoso pernah jadi Komandan Korem di kota kelahirannya, Solo. Kemudian sempat menjabat sebagai Pangdam Udayana di Bali, dan Pangdam Cenderawasih di Irian (Papua).

Tapi, setelah itu namanya tenggelam. Pangkatnya pun mentok hanya sampai Brigjen. Padahal, anak buahnya, seperti Sintong dan Feisal Tanjung, karirnya melesat. Sintong pensiun dengan pangkat Letjen. Sementara Feisal, karirnya sempurna sampai puncak. Sukses jadi Panglima ABRI, sama seperti kawan seperjuangannya, Jenderal Benny Moerdani.

Baca Juga: