Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyinggung Eropa yang kembali mengalami kenaikan kasus Covid-19. Menurut WHO, sejumlah negara di Eropa mencabut pembatasan Covid-19 dengan terlalu 'brutal'.
Adapun negara di Eropa yang kembali mengalami lonjakan kasus Covid-19, seperti Jerman, Prancis, Italia dan Inggris. Kenaikan kasus Covid-19 di Eropa tersebut kemungkinan dipicu oleh varian Omicron subvarian BA.2 yang proses penularannya lebih cepat.
"Negara-negara di mana kami melihat peningkatan tertentu adalah Inggris, Irlandia, Yunani, Siprus, Prancis, Italia, dan Jerman," kata Direktur WHO Eropa Hans Kluge, dikutip dari France 24, Rabu (23/3).
"Negara-negara itu mencabut pembatasan secara brutal, dari terlalu banyak menjadi terlalu sedikit," lanjutnya.
Berdasarkan data WHO, jumlah kasus Covid-19 baru di Eropa menurun drastis usai mencapai puncak pada akhir Januari. Namun, peningkatan kasus baru Covid-19 mulai terlihat naik sejak awal Maret.
Kawasan Eropa melaporkan terdapat 5,1 juta kasus baru. Dari total jumlah tersebut, terdapat 12.496 kasus kematian.
Sehingga, total kasus Covid-19 di kawasan Eropa sejauh ini mencapai hampir 194,4 juta kasus. Sedangkan, total kasus kematian lebih dari 1,92 juta orang.
Di sisi lain, Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia (RI) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan penyebab melonjaknya kembali kasus Covid-19 secara global. Menurutnya, subvarian Omicron BA.2 menjadi salah satu penyebabnya kasus Covid-19 kembali naik.
Budi juga menjelaskan, naiknya kasus Covid-19 di Benua Eropa lantaran beberapa negara yang terburu-buru melonggarkan aturan protokol kesehatan (prokes).
"Itu naik secara global karena negara-negara itu kena subvarian baru namanya BA.2, sehingga naik. Terutama di negara-negara Eropa, kalau mereka terburu-buru mengendurkan prokes," kata Budi di Jakarta, dikutip Rabu (23/3).
Ia menambahkan, kasus Covid-19 di Indonesia tidak mengalami lonjakan meski subvarian Omicron BA.2 sebenarnya sudah masuk sejak awal Januari 2022. Ini dikarenakan program vaksinasi yang terus digencarkan sejak September 2021.
"Tapi itu enggak naik. Itu sama seperti India, karena vaksinasi kita baru digenjot, itu kan baru bulan September, jadi kekebalannya masih tinggi," ujar Budi.