Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan kabar terbaru terkait penyakit cacar monyet atau Monkeypox. Hal tersebut terkait potensi status cacar monyet berubah menjadi pandemi.

Seorang pejabat WHO meragukan wabah cacar monyet di luar Afrika akan menjadi pandemi. Menurutnya, masih belum jelas apakah orang yang terinfeksi tanpa gejala bisa menulari yang lain.

Sejauh ini, WHO masih mempertimbangkan apakah wabah cacar monyet akan dinilai sebagai "Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia" (PHEIC). Status semacam itu, seperti yang ditetapkan pada Covid-19 dan Ebola, akan membantu mempercepat penelitian dan pendanaan untuk mencegah penyakit tersebut.

Kepala Teknis Cacar Monyet Program Kedaruratan Kesehatan WHO Rosamund Lewis juga meragukan penyakit itu menjadi pandemi.

"Kami belum tahu, namun kami rasa tidak," katanya saat ditanya apakah penyakit ini bisa menjadi pandemi, dikutip dari Reuters, Selasa (31/5).

"Pada saat ini, kami tidak khawatir akan terjadi pandemi global," lanjutnya.

Sebagai informasi, lebih dari 300 kasus suspek dan terkonfirmasi cacar monyet dilaporkan pada Mei. Sebagian besar kasus berada di Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Penyakit itu biasanya ringan, menyebabkan gejala seperti flu dan ruam khas, dan menyebar melalui kontak dekat.

Varian virus dalam wabah tersebut diketahui akan menewaskan sebagian kecil orang-orang yang terinfeksi, namun sejauh ini belum ada laporan kematian.

Mayoritas kasus muncul di Eropa ketimbang di negara-negara Afrika Barat dan Tengah, di mana virus itu bersifat endemik dan sebagian besar tidak terkait dengan perjalanan.

Oleh sebab itulah, para ilmuwan sedang mencari apa yang mungkin dapat menjelaskan lonjakan kasus yang tidak lazim ini, meskipun otoritas kesehatan masyarakat menduga ada sejumlah penularan di masyarakat.

Sejumlah negara mulai menyuntikkan vaksin bagi kontak erat dari kasus terkonfirmasi cacar monyet.

Baca Juga: