Gunung Kidul - Sebanyak 521 sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas selama dua minggu terakhir, tanpa menimbulkan klaster penularan COVID-19.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunung Kidul Ali Ridlo di Gunung Kidul, Jumat mengatakan jumlah sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sebanyak 522 sekolah dari jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), namun ada satu SD yang tujuh siswanya terkonfirmasi COVID-19 dan harus melaksanakan pembelajaran secara daring.

"Berdasarkan hasil evaluasi lintas sektoral, pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas berjalan dengan baik dan lancar. Ada sedikit catatan yang harus menjadi perhatian orang tua atau wali siswa, ketika anaknya sedang sakit sebaiknya tidak sekolah dan memeriksakan ke puskesmas untuk tes usap antigen," kata Ali.

Terkait kasus salah satu SD di Kecamatan Panggang yang tujuh siswanya terkonfirmasi COVID-19 sejak 23 September, Ali mengatakan pihaknya masih menunggu hasil usap dari pelacakan yang dilakukan petugas Puskesmas Panggang.

"Saat ini, kami masih menunggu hasil swab siswa yang konfirmasi, jika sudah negatif sekolah masuk (PTM) seperti sekolah lain untuk menyelenggarakan PTM terbatas," katanya.

Ali mengatakan mayoritas orang tua siswa menghendaki pembelajaran tatap muka. Jika merujuk Instruksi Bupati Gunung Kidul, pelaksanaan PTM jenjang SD-SMP diikuti maksimal 50 persen pelajar dari total kapasitas dalam satu ruang kelas, sedangkan untuk jenjang PAUD, hanya diperkenankan 33 persen.

"Semua lancar, dan tidak ada yang melarang anaknya sekolah," kata Ali.

Sementara itu, salah satu orang tua siswa di MI AlMumtas, Kecamatan Patuk, Gunawan, mengatakan dirinya merasa senang anaknya sudah mulai bersekolah meski tidak setiap hari. Di sekolah anaknya kelas 2 di MI AlMumtas anaknya melaksanakan PTM pada Senin dan Rabu selama dua jam. Untuk hari lainnya tetap daring.

"Meski hanya dua jam, setidaknya anak mengenal lingkungan dan sekolah. Kami berharap tidak ada kasus baru COVID-19," harapnya.

Baca Juga: