The 21st Economix dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) kembali menggelar seminar internasional dengan tema "Indonesia's International Seminar: Navigating the Future of the Global Value Chain and Green Transition" beserta konferensi pers pada Senin, 27 November 2023. Acara ini diadakan di Balai Purnomo Prawiro, FISIP UI, Depok, Jawa Barat, dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Economix FEB UI.
The 21st Economix FEB UI sukses hadirkan para pemikir global dalam seminar internasional yang kaya gagasan. Economix: Global Economic Challenges merupakan acara tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh KANOPI FEB UI.
Pada tahun ke-21 ini, Economix menjalankan serangkaian acara yang terdiri dari seminar internasional, kompetisi internasional, dan MUN (Model United Nations) yang dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, serta masyarakat umum dari berbagai negara. Acara Economix FEB UI bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat dengan berbagai latar belakang untuk berdiskusi, berbagi, serta bertukar pendapat untuk menemukan solusi atas permasalahan global yang sedang terjadi pada saat ini.
Setiap tahun, Economix secara konsisten menyelenggarakan seminar internasional. Tahun ini, seminar internasional tersebut berhasil diselenggarakan dengan sukses yang luar biasa. Acara ini dibagi dalam dua sesi dan dihadiri oleh tokoh-tokoh ternama seperti Dr. (H.C.) M. Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Indonesia, Koji Hachiyama, Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Menteri Pertahanan, Juan Permata Adoe, H.E. Ms Penny Williams, Nelwin Aldriansyah, Dida Gardera, Felia Salim, Ir. Yudo Dwinanda Priaadi, Dr. Rasio Ridho Sani, serta Tom Lembong - Co-Captain Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Tak hanya itu, Dr. Poempida Hidayatullah Perwakilan dari Calon Presiden Ganjar-Pranowo turut hadir dalam acara yang sangat berkesan ini.
Dalam sambutan pembukaan The 21st Economix International Seminar, Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla menyampaikan pandangannya mengenai globalisasi. Menurut dia, semua negara maju sangat menghargai waktu, dan menjelaskan perjalanan globalisasi dari dasar pemahaman sejarahnya.
"Globalisasi bukanlah suatu konsep yang muncul begitu saja. Apakah penyebabnya? Apa efeknya? Pertanyaan-pertanyaan ini telah mengiringi kita sejak era globalisasi dimulai pada tahun 1980-an. Kala itu, dalam masa resesi tahun 1929, ekonom John Maynard Keynes mengusulkan adanya peran pemerintah yang signifikan. Namun, pada tahun 1950-an, Milton Friedman memperkenalkan kembali konsep liberalisme ekonomi," kata Jusuf Kalla.
Dalam pemahaman globalisasi, Jusuf Kalla menyoroti perang dingin antara sistem ekonomi Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berujung pada keruntuhan Uni Soviet. Dia juga membahas transisi Tiongkok dari ekonomi tertutup ke terbuka serta peran teknologi sebagai cerminan utama globalisasi saat ini. Kalla mengilustrasikan efek globalisasi dalam manufaktur, seperti produksi handphone yang melibatkan desain Amerika, bahan melalui Taiwan, dan produksi di Tiongkok, pola yang juga terjadi dalam industri pakaian. Namun, Kalla juga mengingatkan dampak negatif globalisasi yang mengancam persaingan ekonomi negara berkembang, mengurangi stabilitas pasar global, dan memberikan tekanan pada industri di beberapa negara tersebut.
Koji Hachiyama (COO Economic Research Institute for ASEAN and East Asia- ERIA), hadir dalam seminar internasional. ERIA adalah organisasi internasional yang melakukan riset dan membangun kapasitas terkait interaksi ekonomi, pengurangan kesenjangan pembangunan, dan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro (Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Mantan Menteri Pertahanan), sebagai Keynote Speaker Subtheme 1 membahas " The Significance of Downstream Activities as a Strategy for Economic Development and Restructuring in Developing Countries: The Case of Indonesia," menyampaikan pandangannya. Dalam konferensi pers, ia menyatakan rasa terima kasih kepada panitia The 21st Economix atas undangannya, dan dengan senang hati ia siap mendukung generasi muda yang akan mewarisi masa depan Indonesia.
Juan Permata Adoe (Wakil Ketua Perdagangan KADIN) membahas strategi downstreaming untuk sustainable Indonesia.
"Ekspor Indonesia pada tahun 2023 kini mengalami penurunan sekitar 12%, maka kita perlu melihat bagaimana cara meningkatkan ekspor dengan mengadaptasi teknologi," katanya.
Dubes Australia untuk Indonesia, H.E. Ms Penny Williams PSM, pun turut hadir membahas pentingnya ekonomi berkelanjutan dan kemitraan investasi Indonesia dan Australia.
Nelwin Aldriansyah (Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy) menyoroti pentingnya geothermal sebagai energi berkelanjutan di Indonesia. Pertamina berkomitmen menuju nol emisi netto pada 2060 dan berencana meningkatkan kontribusi geothermal hingga 25% dalam tiga tahun mendatang.Sesi dua seminar dibuka oleh Dida Gardera (Wakil Menteri Pertanian Koordinator Bidang Kemakmuran Ekonomi Republik Indonesia), dengan Felia Salim (Board of Director of The AndGreen Fund) sebagai keynote speaker yang menyoroti investasi berkelanjutan untuk mendukung ekonomi hijau global.
(IKN/TSR)