Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan Tiongkok telah mensimulasikan serangan terhadap kapal Angkatan Laut Amerika Serikat (AS). Menurut laporan itu, simulasi serangan itu bertujuan untuk mencegah pasukan asing datang membantu Taiwan jika terjadi perang.

Ketegangan yang terjadi antara Taiwan dan Tiongkok telah meningkat usai kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei pada bulan lalu. Tiongkok mengecam kehadiran Pelosi yang dianggap AS ikut campur tangan dalam urusannya.

Tiongkok yang mengklai Taiwan merupakan bagian dari wilayahnya telah melakukan latihan perang usai kunjungan Pelosi. Bahkan, Beijing melanjutkan kegiatan militernya di dekat pulau itu.

Kementerian Pertahanan Taiwan, dalam sebuah laporan kepada parlemen yang ditinjau oleh Reuters, mengatakan Tiongkok terus memperkuat kesiapan tempurnya untuk serangan di pulau itu. Beijing juga berfokus pada rantai pulau pertama, yang membentang dari Jepang melalui Taiwan, Filipina, dan ke Kalimantan, meliputi laut pesisir Tiongkok.

"Tiognkok telah menggunakan latihan tempur untuk melakukan serangan simulasi terhadap kapal-kapal AS yang masuk ke dalam rantai pulau pertama", kata laporan itu, dikutip dari Reuters, Jumat (2/9)

Laporan itu juga mengatakan Tiongkok bertujuan untuk mendapatkan kendali strategis atas rantai pulau itu pada tahun 2035. Meski begitu, sejauh ini belum ada tanggapan dari Beijing terkait laporan itu.

Sementara itu, kapal perang AS telah secara teratur berlayar ke Laut China Selatan dan kadang-kadang dekat dengan pulau-pulau yang dikuasai Tiongkok. Selain itu, kapal perang AS juga kerap melintasi Selat Taiwan yang disebutnya untuk "misi kebebasan navigasi", yang memicu kemarahan Tiongkok.

Mulai tahun ini, kementerian mengatakan Tiongkok telah meningkatkan intimidasi militernya termasuk latihan yang bertujuan untuk merusak moral Taiwan dan "memaksa negosiasi dengan perang" dan "memaksa penyatuan dengan senjata".

Laporan itu juga menyebut Tiongkok dapat menggunakan pasukan atau agen khusus untuk memotong sistem komando Taiwan dan merusak infrastruktur dalam serangan, serta mampu meluncurkan serangan elektronik untuk mengganggu komunikasi dan sistem komando.

Baca Juga: