Siapa pun tak akan suka digurui. Karena itu, Pancasila hanya bisa diteguhkan dengan cara-cara yang melibatkan pengalaman tubuh dan jiwa. Dan seni menyediakan ruang terbaik untuk mengalami Indonesia, meyakini bahwa Pancasila adalah fondasi dasar Indonesia.

Itulah yang diyakini oleh Bondan Nusantara, sosok yang oleh Kemendikbud disebut sebagai urat nadi Ketoprak Yogyakarta. Pria kelahiran tahun 1952 itu sejak kanak-kanak hidup di dunia ketoprak dan kini setelah lebih dari setengah abad mengalami pasang-surutnya seni tradisional Jawa ini, di tengah serbuan kesenian modern dan dunia virtual makin yakin bahwa elan vital bangsa tersimpan justru dalam seni tradisi.

"Seni tradisi menyimpan semua memory kita tentang kehidupan yang usianya sudah ratusan tahun ini. Ketoprak, misalnya, karena ini kebudayaan Jawa dan Pancasila diambil dari salah satu fondasi bangsa Jawa, yakni Negarakertagama, maka ketoprak tanpa kita katakan, sudah sangat Pancasila," katanya.

Apa itu Pancasila dalam ketoprak? Bondan mengatakan inti Jawa yang menjadi inti ketoprak adalah harmoni. Ajaran Jawa kental sekali dengan inti dari Pancasila, yakni harmoni sebagai sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa.

Sejak tahun 2000, di tengah gempuran dunia virtual, Bondan menyusuri desa-desa untuk terus melestarikan ketoprak. Ia menyadari, mengajak generasi muda perkotaan memainkan atau menonton ketoprak mesti bersaing dengan bioskop, musik, serta gencarnya Youtube, dan media sosial. Di desa-desa, gairah anak muda akan ketoprak masih sangat kuat.

Di Klaten, mulai tahun 2017 ini diadakan festival pelajar ketoprak antarsekolah. Di Yogyakarta, setiap tahun kini ada festival ketoprak antarkecamatan yang masing-masing pementas terbaik akan berlaga di festival ketoprak tingkat kabupaten. Pada 19 Agustus ini, Kabupaten Sleman akan menyelenggarakan festival tingkat kecamatan yang diikuti oleh 17 kecamatan, di mana satu kecamatan mengikutkan hingga 70 pemain.

"Rata-rata 50-100 pemain untuk satu grup. Jadi, ketoprak ini pemainnya sudah banyak, penontonnya lebih banyak lagi. Jadi, ini ruang masyarakat untuk menghidupi nilai-nilai terbaik Jawa, yakni harmoni atau Pancasila," katanya.

Menumbuhkan Empati

Dalam setiap pementasan seperti halnya drama lainnya, memungkinkan seseorang menjalankan peran yang 180 derajat berbeda dengan peran sesungguhnya di kehidupan sehari-hari. Ketoprak Pejabat Jogja, misalnya, memungkinkan seorang bupati untuk berperan jadi batur (pembantu), seorang pengusaha menjadi orang papa, seorang warga menjadi raja. Setiap lakon memungkinkan setiap orang untuk mengalami menjadi seseorang yang berbeda dengan dirinya di kehidupan sehari-hari.

"Seni peran memungkinkan seseorang tumbuh toleransi, empati. Seni menyatukan semua perbedaan, beda agama, beda suku, semua bisa saling ambil peran untuk mengalami sesuatu bersama-sama," jelas Bondan.

Kesenian apa pun itu, menurut Bondan, menjadi makin penting pada saat ini di saat ruang- ruang publik sudah tak banyak tersedia untuk anak-anak muda, terutama yang tidak memiliki uang untuk mengakses ruang terbesar kota yakni mal dan toko-toko lainnya. Dengan kesenian, anak-anak muda bisa mendapat arti dirinya kembali, mendapat tepuk tangan di panggung, menginternalisasi nilai-nilai kebudayaan terbaik, dan mengalami peristiwanya dalam latihan dan lakon yang dimainkannya.

Kepala Pusat Studi Pancasila UGM, Heri Santoso, mengatakan salah satu pembahasan utama di Kongres Pancasila adalah bagaimana memanfaatkan medium kesenian untuk pembudayaan nilai-nilai Pancasila. Seperti yang diterangkan Bondan pada kesenian ketoprak, setiap kesenian di seluruh suku di Indonesia pastilah memiliki nilai-nilai yang sama karena Nusantara bisa terus berdiri tegak karena nilai bersama itu.

"Kita musti kembali percaya kepada kesenian tradisi kita, ditengok dan dikembangkan dengan ekspresi yang lebih kontomperer. Soal nilainya, dalam seni tradisi itulah nilai terbaik kita disimpan dan kita tinggal mengolahnya kembali dengan bahasa sekarang," kata Heri.

Yang dilakukan Bondan ini sesuai dengan apa yang disarankan Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila, Yudi Latif. Menurut Yudi, penanaman nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat saat ini perlu dilakukan dengan memanfaatkan instrumen seni. Melalui musik, film, atau tarian bisa dimanfaatkan sebagai sarana yang efektif untuk melekatkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa bangsa.

Pementasan ketoprak bisa terus digalakkan untuk makin menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat. Untuk lebih makin mengena tentu bisa diselipkan aneka informasi kekinian yang tetap relevan bagi kehidupan masyarakat modern. YK/N-3

Baca Juga: