WELLINGTON - Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, pada Senin (27/8) memutuskan untuk menunda pelaksanaan pemilihan umum selama 4 pekan hingga 17 Oktober. Penundaan itu diambil setelah wabah virus korona kembali merebak dan mengacaukan pelaksanaan kampanye.

Sebelum mengambil putusan menunda pemilu, PM Ardern dalam tekanan dari lawan politik dan mitra koalisinya agar menggeser pelaksanaan pemilu pada 19 September setelah ada penyebaran wabah Covid-19 di Kota Auckland pada pekan lalu sehingga kota terbesar di Selandia Baru itu harus ditutup (lockdown).

"Kembalinya wabah virus korona setelah 102 hari tanpa terjadi penularan dalam komunitas telah mengguncang warga di Negeri Kiwi dan bisa menyebabkan sejumlah orang enggan memberikan suara dalam pemilihan September," demikian pernyataan PM Ardern.

Walau dalam jajak pendapat saat ini tingkat popularitas Ardern paling tinggi, namun ia juga menyadari kekhawatiran dari rivalnya bahwa dengan melarang pelaksanaan kampanye pemilu akan tak adil bagi mereka apalagi pesta demokrasi ini dipastikan dimenangkan oleh kubu Ardern.

Setelah berunding selama akhir pekan dengan para pemimpin partai dan komisi pemilihan umum, Ardern memilih 17 Oktober sebagai hari akhir bagi penundaan pemilu.

"Pergeseran waktu ini berarti semua partai bisa berkampanye dalam kondisi yang sama dan Komisi Pemilihan Umum punya cukup waktu untuk menjamin pemilu bisa dilaksanakan. Saya pun tak bisa mengundur waktu pelaksanaan pemilu lagi apapun situasinya," ucap PM Selandia Baru itu.

Saat ini partai-partai di Selandia Baru sementara mengundurkan setelah ada laporan kembalinya kasus virus korona di Auckland seraya menjelaskan asal muasal wabah pun belum diketahui. Hingga Senin, jumlah kasus Covid-19 di kota itu terus bertambah hingga menjadi 58 kasus dengan 5 orang dirawat di rumah sakit.

Dalam merespons terjadinya kembali wabah, pemerintah Selandia Baru saat ini kembali menerapkan strategi yang sama seperti menghadapi wabah virus korona pada awal tahun lalu dengan mengisolasi kasus positif, melacak penularan serta terus meningkatkan pengujian kesehatan.

Kesuksesan Selandia Baru dalam menangani wabah virus pada awal tahun turut mendongkrak popularitas Ardern hingga 60 persen setelah terjadi tragedi serangan teror di Christchurch dan peristiwa letusan gunung api di White Island tahun lalu.

Harus Waspada

Dengan tingginya popularitas itu, maka saat ini Partai Buruh yang dipimpin Ardern bisa kembali memenangkan pemilu tanpa harus bermitra dengan koalisi partai-partai kecil seperti Partai Hijau dan Partai New Zealand First (NZF).

Pekan lalu partai oposisi utama, Partai Nasional, meminta agar pemilu ditunda hingga akhir November atau tahun depan setelah pemilu pada 19 September akan merugikan pihaknya.

NZF yang berkoalisi dengan Ardern mendukung penundaan pemilu pada Senin dengan mengatakan bahwa pelaksanaan pemilu pada September telah dikacaukan oleh terjadinya wabah virus korona.

Sementara itu Partai Hijau mengatakan penundaan selama 4 pekan diharapkan otoritas bisa mencegah penularan klaster wabah di Auckland. Namun pemimpin Partai Hijau, James Shaw, menyatakan agar partai berkuasa harus waspada atas kebijakan penundaan pelaksanaan pemilu ini karena ada dampak ekonomi dari wabah yang bisa mengikis popularitas pemerintah saat ini serta mengecam partai-partai kecil karena terlalu mengutamakan kepentingan politik mereka masing-masing. AFP/I-1

Baca Juga: