Bos raksasa minyak di Rusia, Rosneft yang juga sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, Igor Sechin memuji kepemimpinan Tiongkok. Ia juga mengatakan, Taiwan akan segera kembali ke "pelabuhan asal" tepat waktu.

"Posisi kepemimpinan (Tiongkok) sangat dihormati, tenang dan terbuka, tanpa janji-janji palsu, menentukan posisinya, bahkan pada isu-isu paling sulit, seperti masalah Taiwan, yang dalam hal ini bisa dinilai agak berlebihan," kata Sechin, dikutip dari Reuters, Jumat (28/10).

Sechin mengatakan bahwa upaya Amerika Serikat (AS) untuk menciptakan sendiri industri mikrocip yang kompleks menunjukkan bahwa Taiwan akan kembali ke China "sesuai jadwal".

Pemimpin Rosneft, produsen minyak terbesar di Rusia, itu juga mengatakan bahwa posisi Arab Saudi di pasar minyak dunia "masuk akal" dan didasarkan pada analisis penawaran dan permintaan minyak.

Moskow telah mengalihkan fokusnya pada hubungan yang lebih dekat dengan Asia, khususnya konsumen energi besar seperti Tiongkok, untuk mengatasi dampak sanksi yang dijatuhkan Barat atas invasi Rusia di Ukraina.

Berbicara pada forum ekonomi internasional di Baku, Sechin mengatakan keputusan yang diambil oleh kongres Partai Komunis China baru-baru ini akan menetapkan level baru bagi pembangunan di negara itu.

Dia juga mengatakan bahwa Rosneft telah mentransfer dividen semester 2 pada 2021 sebesar 700 juta dolar AS ke rekening BP (British Petroleum), yang dia sebut tetap menjadi pemegang saham "bayangan" meski telah memutuskan untuk hengkang menyusul pecahnya perang Rusia-Ukraina. BP belum membalas pesan Reuters yang meminta komentarnya.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Taiwan memberikan tanggapan atas komentar Sechin. Menurutnya, hanya penduduk Taiwan yang bisa memutuskan masa depannya sendiri.

"Baik pemerintah, rakyat, maupun komunitas Internasional kami tidak dapat menerima pernyataan tidak masuk akal yang merupakan iring-iringan Tiongkok atau merendahkan status kedaulatan Taiwan," tutur dalam sebuah pernyataan.

Seperti diketahui, Tiongkok mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan telah meningkatkan militer dan politik terhadap pulau itu semala dua tahun terakhir. Namun, Taipei menoak keras klaim tersebut.

Baca Juga: