Kemenperin mulai menginisiasi penerapan pemanfaatan hidrogen di Indonesia, baik sebagai sumber tenaga pembangkit listrik maupun sebagai bahan bakar untuk moda transportasi darat, udara, dan laut.

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membuka peluang kerja sama pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) dengan perusahaan industri terkemuka di Jerman. Kerja sama ini bagian dari rencana pemerintah menggunakan hidrogen sebagai energi di sektor industri.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, Jumat (27/5), bertemu dengan APUS Group. Perusahaan Jerman ini memiliki inisiatif APUS Zero Emission. Hal itu sejalan dengan fokus Pertemuan Tahunan World Economic Forum 2022 mengenai EBT. Pertemuan ini juga melanjutkan rangkaian kunjungan kerjanya di Eropa.

Dia menerangkan, sebagai agensi desain European Aviation Safety Agency (EASA), APUS Group meneliti bagaimana hidrogen dapat digunakan secara aman dan ekonomis. "Hasil penelitian dan pengalaman dari berbagai proyek dan kerja sama diterapkan dalam produk APUS i-2 dan APUS i-5 untuk membangun pesawat hybrid-listrik sel bahan bakar hidrogen dengan kinerja yang sangat baik," jelas Menperin di Jakarta, Minggu (29/5).

Hidrogen merupakan sumber energi alternatif untuk bahan bakar yang bisa diterapkan bagi sektor industri, transportasi, pembangkit listrik, tenaga portabel, dan sektor lainnya. Pemerintah melalui Kemenperin mulai menginisiasi penerapan pemanfaatan hidrogen di Indonesia, baik sebagai sumber tenaga pembangkit listrik maupun sebagai bahan bakar untuk moda transportasi darat, udara, dan laut.

Hidrogen sebagai pengganti energi fosil saat ini masih dikembangkan di sektor pembangkit listrik. Kini, teknologinya merupakan hybrid dengan kombinasi hidrogen dan gas alam (grey hydrogen), yang masih menghasilkan emisi karbon. "Kami berharap untuk dapat memasukkan hidrogen biru pada tahap berikutnya," ujar Menperin.

Dalam roadmap industri otomotif nasional, Kemenperin menetapkan target 20 persen penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada 2025. Teknologi fuel cell berbasis hidrogen untuk produksi industri kendaraan ramah lingkungan juga termasuk di dalamnya.

Hadapi Tantangan

Senada Kemenperin, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong hidrogen menjadi salah satu sumber energi (energy carrier) yang potensial dalam mendorong percepatan transisi energi di Indonesia. Saat ini, program itu masih terkendala sejumlah hal seperti bagaimana membuat hidrogen layak secara ekonomi, menarik secara finansial, dan bermanfaat untuk masyarakat.

Dari segi pasokan (supply), hidrogen sendiri masuk sebagai salah satu strategi utama pemerintah dalam menjalankan peta jalan (roadmap) menuju netral karbon pada 2060.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengungkapkan rencana hidrogen untuk masuk ke sektor industri maupun transportasi. "Pemanfaatan hidrogen ini tidak menggunakan teknologi fuel cell, tetapi memakai teknologi pembakaran internal yang biasa digunakan oleh kendaraan bermotor," papar dia.

Dari sisi permintaan (demand), beber Dadan, pemerintah tengah menerapkan manajemen energi, penggunaan kompor listrik serta mempercepat pemanfaatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Salah satunya dengan menjalin kesepakatan dengan pemerintah Korea mengenai Pilot Project Charging System for Electric Vehicle yang akan menciptakan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, termasuk teknologi industri sistem charging kendaraan listrik.

Baca Juga: