Tanah yang sehat memberi pakaian dan tempat berlindung bagi manusia serta menyediakan lapangan kerja dan penghidupan masyarakat.

NEW YORK - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres, menyerukan upaya untuk menghentikan perusaan Bumi karena hampir 40 persen lahan di seluruh planet ini mengalami degradasi, dengan tambahan beberapa hektare lahan terdegradasi setiap detiknya.

"Setiap detik, lahan sehat seluas sekitar empat lapangan sepak bola mengalami degradasi," kata Guterres dalam sebuah pesan video untuk Hari Memerangi Desertifikasi dan Kekeringan Sedunia, Senin (17/6).

Seperti dikutip dari Antara, Guterres mengatakan keamanan, kesejahteraan, dan kesehatan miliaran orang bergantung pada lahan subur yang mendukung kehidupan, mata pencaharian, dan ekosistem, namun manusia merusak Bumi yang menopang kehidupan.

"Tanah yang sehat tidak hanya memberi kita hampir 95 persen makanan yang dikonsumsi di seluruh dunia, namun lebih dari itu. Tanah ini memberi pakaian dan tempat berlindung bagi manusia, menyediakan lapangan kerja dan penghidupan, serta melindungi masyarakat dari kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan yang semakin parah," ujarnya.

"Seperti pesan yang dibawa pada fokus hari (Memerangi Desertifikasi dan Kekeringan) sedunia tahun ini, kita harus 'Bersatu demi Tanah'," katanya.

Guterres mengatakan pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan banyak lagi harus bersatu dan bertindak. "Kita tahu apa yang perlu kita lakukan," katanya.

Hal ini diatur dengan jelas dalam Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi (UN Convention to Combat Desertification (UNCCD). Seiring kita memperingati 30 tahun konvensi tersebut, dunia harus mempercepat secara signifikan implementasinya.

Suara Generasi Muda

Untuk mewujudkan hal ini, dia menekankan pentingnya membangun momentum menuju Konferensi Negara-negara Pihak UNCCD (Conference of The Parties 16), yang dijadwalkan akan digelar di Riyadh, Arab Saudi, pada Desember 2024, dan memastikan suara generasi muda didengar dalam negosiasi tersebut.

"Bersama-sama, mari kita menabur benih demi masa depan yang baik bagi alam dan umat manusia," kata Guterres.

Sebelumnya, Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mengingatkan kegagalan dalam menerapkan upaya untuk menghentikan deforestasi sebagai inti dari respons iklim global dapat memperlambat transisi menuju masa depan yang hijau, tangguh, dan sejahtera bagi umat manusia.

Hal itu disampaikan dalam laporan terbarunya berjudul Meningkatkan Ambisi, Mempercepat Aksi: Menuju Peningkatan Komitmen Kontribusi Nasional untuk Hutan (Raising Ambition, Accelerating Action: Towards Enhanced Nationally Determined Contributions for Forests) yang dirilis pada Senin (10/6).

UNEP mengamati banyak negara tidak dapat mencapai target 2030 untuk menghentikan deforestasi. Ini merupakan kondisi yang dapat memperburuk krisis iklim, kemiskinan, kelaparan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Dirilis menjelang pertemuan perubahan iklim global di Bonn, Jerman, laporan tersebut menyatakan target pengurangan gas rumah kaca yang diajukan oleh beberapa negara pada tahun 2017 hingga 2021 gagal mencapai tujuan ambisius dalam menghentikan dan memulihkan hilangnya hutan pada 2030.

Laporan itu menekankan hutan merupakan kunci dalam mengatur iklim, udara, dan kualitas air, menyerap gas-gas yang menyebabkan pemanasan Bumi, serta menjadi rumah bagi spesies penyerbuk, sementara perusakan hutan dapat mengancam agenda keberlanjutan global.

Baca Juga: